BAB I
PENDAHULUAN
APA YANG TERJADI KETIKA MANUSIA MENINGGAL
PENDAHULUAN
APA YANG TERJADI KETIKA MANUSIA MENINGGAL
1.
Latar Belakang
Pandangan-pandangan yang berbeda
yang akan ada dalam sepanjang sejarah Dikotomi dan Trikotomi. Sudah menjadi
kebiasaan, terutama dalam kalangan Kristen untuk menganggap bahwa manusia hanya
terdiri dari dua bagian berbeda yaitu tubuh dan jiwa. Pandangan ini disebut
Dikotomi dan ada juga yang mengatakan bahwa manusia terdiri dari tiga bagian
yaitu tubuh,jiwa dan roh. Pandangan ini disebut dengan Trikotomi. Konsep
tentang tiga bagian ini berasal dari filsafat Yunani, yang berpendapat bahwa
tubuh dan roh setiap manusia terkait satu dengan yang lain sesuai dengan
analogi saling hubungan antara dunia materi dan Allah.[1] Jiwa merupakan objek pembahasan yang
tidak akan pernah berhenti. Sejak zaman Yunani kuno, jiwa sudah mulai dibahas
oleh para filosof, serta menjadi tema dan topik dalam kajian filsafat, dan
sampai dengan sekarang ini pembahasan tentang jiwa akan tetap ada dan terus
berlanjut.
Maka mulailah timbul
pandangan-pandangan kritis terhadap berbagai konsep, logika, teori dan metode
yang mempelajari hakekat manusia. Pemikiran Plato (477-347 SM) yang masih mencampur
adukkan ‘ide’ (sebagai inti dari jiwa manusia) dengan ‘roh’ (sebagai zat yang
masuk ke dalam jasad manusia sehingga manusia itu hidup) misalnya, ditentang
oleh pendapat seorang pendeta Katholik St. Thomas Aquinas (1224-1247) yang
menyatakan bahwa jiwa dan roh harus dipisahkan. Jiwa merupakan objek studi dari
psikologi, sedangkan roh adalah urusan agama.
Kematian merupakan akhir hidup,
Gereja menekankan bahwa dengan kematian tidak ada lagi kemungkinan untuk
bertobat dan mengumpulkan pahala. maksud pernyataan ini ialah manusia mengambil
keptutusan definitif mengenai hidupnya bukan sesudah hidup didunia ini,
melainkan selama hidupnya disini (Dunia). Arti hidup manusia ditentukan didunia
ini. kematian berarti penyelesaian. Dengan mati, hidup manusia berakhir. Dengan
“meninggalkan dunia, manusia melakukan tindakannya yang terakhir.[2]
1.2
Rumusan Masalah
-
Elemen-Elemen
Konstituet Dari Natur Manusia
- Api Penyucian
- Apakah kondisi pertengahan setelah kematian fisik?
- Api Penyucian
- Apakah kondisi pertengahan setelah kematian fisik?
1.3 Tujuan Penulisan
- Agar kita Tahu Elemen
Natur manusia
- Agar Kita menghilangkan paham api penyucian
- Agar kita tahu apa yang terjadi ketika manusia mati
- Agar Kita menghilangkan paham api penyucian
- Agar kita tahu apa yang terjadi ketika manusia mati
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Elemen-Elemen Konstituet Dari Natur Manusia
Konsep trikotomi
di pegang oleh bapak-bapak gereja dari Yunani maupun Alexandria pada abad-abad
pertama. Pendapat ini juga di pegang oleh Clement dari Alexandria walaupun tidak
dalam bentuk yang tepat sama, juga pendapat ini dipegang oleh Gregory dari
Nissa. Sebagian dari bapak-bapak gereja di Yunani masih berpegang pada pendapat
ini, walaupun Anthanius dan Theodoret secara eksplisit menolaknya. Dikalangan
gereja latin para teolog terkemuka lebih berpegang pada pembagian natur manusia
atas dua bagian. Di abad pertengahan Dikotomi dipegang secara umum. Remormasi
tidak membawa perubahan apa-apa akan hal ini, tetapi ada sedikit orang yang
tetap berpegang pada pendapat Trikotomi, karena ada ayat yang seolah-olah tidak
sependapat dengan Dikotomi yaitu 1 Tes 5:23 “Semoga Allah damai sejahtera
menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara
sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.” dalam
ayat ini rasul paulus hanya ingin menekankan perkataan “Semoga Allah damai sejahtera menyucikan kamu semua seutuhnya”
melalui suatu pernyataan epexigetis, di mana aspek-aspek berbeda dari
eksistensi manusia disebutkan. Jika Rasul Paulus mendukung pengajaran
Trikotomi, mengapa Rasul Paulus tidak konsisten dalam kitab-kitab-nya yang lain
untuk memberi pengajaran Trikotomi? Kalau dilihat dari surat-surat Paulus yang
lain seperti (Rom 8:10; 1 Kor 5:5; 7:34; 2 Kor 7:1; Kol 2:5) yang seolah-olah
dia menekan dua bagian saja.[3]
2.1.2
Tubuh
Pertama manusia diciptakan sebagai
mahluk berjasad. Tuhan menciptakan dia dalam bentuk fisik terlebih dahulu
sebelum Tuhan menghembuskan napas-Nya ke dalam diri manusia dan memberi nafas
kehidupan kepadanya (kejadian 2:7). Setelah manusia jatuh kedalam dosa kepada
manusia Tuhan berkata “..... engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari
situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi
debu.”( Kejadian 3:19). Oleh karena itu manusia memiliki tubuh yang bersifat
sementara yang dapat mati dan binasa.
Beberapa Aspek Tubuh
Menurut Alkitab
a. Tubuh merupakan tempat bagi jiwa atau roh.
b. Ia dapat hidup oleh roh
c. Ia akan berubah bentuk pada waktu kebangkitan.[4]
a. Tubuh merupakan tempat bagi jiwa atau roh.
b. Ia dapat hidup oleh roh
c. Ia akan berubah bentuk pada waktu kebangkitan.[4]
2.1.3
Jiwa
Kata ”jiwa” dalam Alkitab adalah
terjemahan dari kata Ibrani neʹfes dan kata Yunani psy·kheʹ. Kata
Ibraninya secara harfiah berarti ”makhluk yang bernapas”, dan kata Yunaninya
berarti ”makhluk hidup”. Jadi, jiwa adalah makhluk
hidup seutuhnya, bukan suatu bagian di dalam tubuh yang terus hidup
setelah tubuh mati. Perhatikan bagaimana Alkitab menunjukkan bahwa jiwa manusia
adalah orang seutuhnya:[5]
·
Ketika Allah Yehuwa menciptakan manusia pertama, Adam, Alkitab
mengatakan bahwa ”manusia menjadi jiwa yang hidup”. (Kejadian 2:7, King James Version)
Adam tidak diberi jiwa—dia menjadi jiwa, atau orang, yang hidup.
Allah Menghembuskan nafas
hidup kedalam hidung manusia dan manusia menjadi makhluk yang hidup. Dalam
kalimat sederhana ini kedua natur manusia jelas dinyatakan, dan kebenaran dari
ajaran ini diteguhkan juga oleh ayat-ayat lain dalam alkitab, seperti dalam
Pengkhotbah 12:7; Mat 10:28; Luk 8:55; Ibr 12:9. Kedua elemen ini adalah tubuh
dan napas atau roh kehidupan yang dihembuskan Allah pada manusia dan oleh penggabungan
dari keduanya manusia menjadi “makhluk yang hidup” yang berarti
keberadaan yang hidup.[6]
·
Alkitab
mengatakan bahwa jiwa bisa bekerja, menginginkan makanan, makan, menaati hukum,
dan menyentuh bangkai. (Imamat 5:2; 7:20; 23:30; Ulangan 12:20; Roma 13:1) Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan
oleh orang seutuhnya. Jiwa juga bisa memuji Allah,haus akan Allah,merindukan
Allah dll. (Mazmur 42:1-2)[7]
Bertanya-tanya
mengenai keadaan jiwa dalam waktu antara kematian dan kebangkitan kita, tidak
boleh dan tidak berguna.banyak orang menyiksa dirinya dengan mempersoalkan
tempat apakah yang mereka duduki, dan apakah mereka sudah mengecap kemuliaan
sorgawi atau tidak. Tetapi, adalah bodoh dan gegabah untuk menyelidiki
perkara-perkara yang belum diketahui itu lebih jauh dari pada yang diizinkan
Allah. Alkitab (Yoh.12:32) berkata bahwa kristus ada bersama mereka, dan
menerima mereka di firdaus tempat mereka terhibur; tetapi bahwa jiwa
orang-orang yang ditolak menderita siksaan yang sesuai dengan yang sepantasnya
mereka peroleh. Tetapi, Alkitab tidak maju lebih jauh. Maka guru atau sarjana
manakah yang mampu menyatakan kepada kita apa yang disembunyikan Allah? soal tempat,
sama bodoh dan sepelenya; karena kita tahu bahwa jiwa itu tidak mempunyai
ukuran panjang dan lebar sebagaimana terdapat pada tubuh. Sementara itu, karena
itu, karena Alkitab di mana-mana memerintahkan supaya kita dengan sabar
menantikan kedatangan Kristus, dan karena sampai saat itulah Alkitab
menangguhkan mahkota kemuliaan itu, maka sebaiknya kita menerima
batasan-batasan yang ditetapkan oleh Allah bagi kita. sehabis menempuh
susah-payah perjuangan, jiwa orang-orang
yang saleh akan masuk ketempat perhentian yang penuh kebahagiaan, sambil dengan
kegembiraan penuh kesenangan menantikan nikmat kemuliaan yang telah di
janjikan. Dengan demikian semuanya di buat ternanti-nanti sampai Kristus sang
penebus muncul.[8]
2.1.4
Roh
Para penulis Alkitab menggunakan
kata Ibrani ruʹakh (angin/napas) atau kata Yunani pneuʹma sewaktu
menulis tentang ”roh”. Alkitab sendiri menunjukkan arti kata-kata itu.
Misalnya, Mazmur 104:29 mengatakan, ”Apabila engkau [Yehuwa]
mengambil roh [ruʹakh] mereka, mereka mati, dan mereka kembali kepada
debu.” Dan, dalam Yakobus 2:26 dikatakan bahwa ”tubuh tanpa roh [pneuʹma]
adalah mati”. Maka, dalam ayat-ayat itu, ”roh” memaksudkan sesuatu yang
memberikan kehidupan kepada tubuh. Tanpa roh, tubuh mati.[9]
Karena itu, dalam Alkitab kata ruʹakh tidak hanya diterjemahkan
sebagai ”roh” tetapi juga sebagai ”tenaga”, atau ”daya kehidupan”. Misalnya,
mengenai Air Bah pada zaman Nuh, Allah menyatakan, ”Aku akan mendatangkan air
bah ke atas bumi untuk membinasakan dari bawah langit semua makhluk yang
memiliki daya [ruʹakh] kehidupan yang aktif.” (Kejadian 6:17; 7:15, 22) Jadi, ”roh” memaksudkan daya yang
tidak kelihatan (pancaran kehidupan) yang memberikan kehidupan kepada semua
makhluk hidup. Dalam buku Louis Berkhof halam 29 mengatakan bahawa Alkitab
memakai kata jiwa, roh itu secara bergantia atau disebut hanya sekedar
istila-istila kata yang sering bertukar posisi.
2.2
Api Penyucian
Umat katolik mengajarkan bahwa
orang-orang jahat akan langsung pergi keneraka ketika mereka meninggal,
sementara orang-orang yang suci menuju kesurga. Meskipun demikian, mereka
percaya bahwa ada pilihan ketiga bagi orang-orang yang meninggal kehidupan ini
sebagai orang yang sudah diselamatkan dalam kasih karunia Tuhan, tetapi belum
menyucikan diri mereka dari semua kesalahan mereka. Orang-orang ini pergi
kesebuah tempat yang disebut Purgatory atau tempat penyucian (dari kata latin
pergare, yang berarti dibersihkan atau disucikan), di mana mereka akan dihukum
tetapi akan dibersihkan dari jejak-jejak terakhir dosa. Hanya Tuhan yang bisa
tahu berapa lama waktu yang harus dilewati setiap jiwa didalam api penyucian.
Namun doa-doa atas nama orang yang meninggal dari orang yang masih hidup dapat
membantu orang yang telah meninggal itu.[10]
2.3
Apakah kondisi pertengahan setelah kematian fisik?
Pertanyaan ini adalah pertanyaan
yang sangat sulit. Alkitab mengajarkan
kita tentang topik ini sampai taraf tertentu, tetapi topik ini selalu menjadi
isu perdebatan panas dalam studi teologi.
Ada tiga pandangan untuk didiskusikan tentang tahapan pertengahan
setelah kematian.
Pertama, mari kita membahas istilah
jiwa yang tidur. Yesus kadangkala menunjuk kematian sebagai tidur, demikian
juga menurut rasul Paulus, dan hal beberapa teolog percaya bahwa setelah
kematian, tubuh menantikan hari kebangkitan dalam kondisi dekomposisi,
sementara jiwa menanti dalam kondisi tidur.
Perspektif kedua menyarankan sebuah
tahapan pertengahan, dikenal sebagai purgatori. Ini adalah sebuah pandangan
yang diasosiasika khususnya dengan gereja katolik. Purgatori mengacu pada suatu
tahapan dimana orang yang mati menantikan hari kebangkitan. Beberapa orang
percaya bahwa memungkinkan bagi seorang yang belum diselamatkan, mati dan
diselamatkan dalam purgatori setelah mengalami serangkaian upacara penyucian.
Pandangan ketiga adalah pandangan
yang dianut oleh sebagian besar kaum “injili Tradisional”. Yaitu tempat yang
disebut Firdaus (Paradise). Ajaran-ajaran tentang paradise memahami bahwa
orang-orang Kristen akan berdiam di Firdaus bersama dengan Yesus, tak lama
setelah kematian fisik, sedangkan orang-orang non-Kristen menunggu kebangkitan
tubuh mereka dineraka. Penulis cenderung menganut pandangan ini.[11]
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kesimpulan-kesimpulan
yang dapat ditarik mengenai pernyataan kitab suci tentang keadaan orang sesudah
mati ialah sebagai berikut:
1.
Alam Maut adalah tempat berdiamnya roh
orang-orang fasik
2.
Segerah sesudah mati, maka orang
diadili. Meskipun pengadilan yang terbuka, yang kelihatan oleh segala orang dan
seluruh dunia, masih akan terjadi pada kedatangan kembali dari Yesus Kristus,
tetapi pengadilan yang pertama ini sudah menentukan segala sesuatu (Ibr. 9:27).
3.
Sesudah mati tidak ada lagi kemungkinan
untuk bertobat
4.
Orang percaya segerah dijadikan sempurna
dan oleh karena itu dinaikkan ke sorga. Tidak usa dimasuki api penyucian (RK) (Luk.23:43).
3.2
DAFTAR PUSTAKA
1. Calvin Yohanes 2000. Institutio, BPK Gunung Mulia:
Jakarta
2. OFM Dister Nico Syukur 2004. Teologia Sistematika 2, Kasinus: Yoyakarta
3. Berkhof Louis 2011. Teologia Sistematika 2 Doktrin manusia. Momentum: Surabaya
4. Cho David Yonggi 1994. Dimensi Keempa. IMMANUEL: Jakarta
5. Wook Chung Sung 2011. Belajar Teologia Sistematika dengan Muda, Visi Anugerah Indonesia : Bandung
6. Budipranoto Ida. 2011. Teologia Apa yang Kita Yakini, Yayasan Gloria: Yoyakarta
7. Bible works 7
2. OFM Dister Nico Syukur 2004. Teologia Sistematika 2, Kasinus: Yoyakarta
3. Berkhof Louis 2011. Teologia Sistematika 2 Doktrin manusia. Momentum: Surabaya
4. Cho David Yonggi 1994. Dimensi Keempa. IMMANUEL: Jakarta
5. Wook Chung Sung 2011. Belajar Teologia Sistematika dengan Muda, Visi Anugerah Indonesia : Bandung
6. Budipranoto Ida. 2011. Teologia Apa yang Kita Yakini, Yayasan Gloria: Yoyakarta
7. Bible works 7
8. Alkitab dan kamus
Alkitab
[1]
Louis Berkhof. Teologia Sistematika 2 Doktrin manusia. (Surabaya : Momentum
2011) hlm 24
[2]
Dr. Nico Syukur Dister, OFM. Teologia Sistematika 2. (Yoyakarta
:Kasinus 2004) hlm 585-586
[3]
Louis Berkhof. Teologia Sistematika 2 Doktrin manusia. (Surabaya : Momentum
2011) hlm 30-31
[4]
Dr. David Yonggi Cho. Dimensi Keempa.(Jakarta : IMMANUEL
1994)hlm 38
[5]
Bible Work 7
[6]
Louis Berkhof. Teologi Sistematika 2 Doktrin Manusia. (Surabaya : Momentum
2011) hlm 8
[7]
Alkitab
[8]
Yohanes Calvin. Institutio Pengajaran agama Kristen. (Jakarta : BPK Gunung
Mulia 2000) hlm 218
[9]
Bible Works 7
[10]
Ida budipratomo, Teologia apa yang kita yakini? (Yogyakarta : Yayasan Groria 2011) hlm 285-286
[11]
Dr.Sung Wook Chung. Belajar Teologia Sistematika Dengan Mudah (Bandung: Visi
Anugerah Indonesia 2011) hlm 197
Slots-N-Mobile - Slot Machine Games - JT Hub
BalasHapusGet all 이천 출장안마 the latest slots games on this page at JtmHub, 의왕 출장안마 the only Slots-N-Mobile App. For those who are new 천안 출장안마 to slot machine games, this website is 경상북도 출장마사지 the 강릉 출장샵 place to be.