BAB I
PENDAHULUAN
YESUS DAN SALIB
PENDAHULUAN
YESUS DAN SALIB
1.1 Latar Belakang
Kekristenan adalah Kristus, Jika kekristenan adalah Kristus,
maka salib-Nya adalah kunci untuk mengerti tentang Dia. P.T Forsyth, seorang
theolog inggris berkata: “Bagi kita Kristus adalah salib-Nya. Kita tidak bisa
mengerti Kristus sampai kita mengerti arti salib-Nya. Pembahasan kita mengenai
salib ada di bawah tema besar “Yesus adalah jalan.” Hal ini dikatakan pada saat
Yesus berkata bahwa Dia adalah jalan dalam Yohanes 14:6, maksudnya Dia akan
menjadi jalan melalui kematian.[1]
Allah menciptakan manusia dan hubungan Allah dengan manusia adalah baik namun
akibat dosa hubungan Allah dan manusia benar-benar rusak/, hubungan Allah dan
manusia terputus. Bagaimana hubungan manusia dengan Allah dapat diperbaiki
kembali? Jawabnya adalah Yesus dan Salib.[2]
Penyaliban adalah salah satu bentuk hukuman yang diterapkan dalam Kekaisaran
Romawi, dan orang yang paling terkenal karena hukuman salib oleh pemerintah
Romawi adalah Yesus
Kristus. Pada
zaman Yesus, para pemberontak dan pelaku kriminal
dihukum dengan cara disalib. Penyaliban
merupakan salah satu bentuk eksekusi yang terkejam yang pernah ada di dunia. Esensi dari
penyaliban bukanlah kematian itu sendiri, melainkan penderitaan saat menjelang
kematian. Dengan demikian, kematian merupakan suatu hal yang sangat diinginkan
oleh orang yang disalib. Berbeda dengan cara eksekusi terpidana mati pada masa
sekarang, proses penyaliban memerlukan waktu yang relatif lama sehingga
saat-saat penderitaanpun menjadi panjang. Dibandingkan hukuman
gantung, kursi listrik, suntikan mati, kamar gas, tembak mati,
pancung, dan sebagainya, yang hanya membutuhkan waktu beberapa detik saja
menjelang kematian, sedangkan penyaliban membutuhkan waktu berjam-jam.[3]
1.2 Rumusan Masalah
1. Siapa Yesus?
2. Tujuan Inkarnasi
3. Mengapa Salib Menjadi Jalan Yesus?
2. Tujuan Inkarnasi
3. Mengapa Salib Menjadi Jalan Yesus?
1.3 Tujuan
1. Agar pembaca mengerti
dengan jelas siapa itu Yesus
2. Agar pembaca mengerti bahwa salib adalah jalan yang harus di lalui Yesus
3. Agar pembaca mengerti Tujuan Inkarnasi Tuhan Alah
2. Agar pembaca mengerti bahwa salib adalah jalan yang harus di lalui Yesus
3. Agar pembaca mengerti Tujuan Inkarnasi Tuhan Alah
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1
Siapa Yesus
a. Manusia
Yesus adalah seorang manusia yang diperanakan
seorang manusia dimana Dia mempunyai tubuh seperti manusia, bisa merasakan
lapar, berdahaga, berdarah dan sebagainya yang menyatakan bahwa badaNya bersusunan
seperti badan manusia lain dan membutuhkan bahan-bahan untuk langsung berada.
Yesus juga mempunyai jiwa juga, Matius 26:38 mengatakan : "Hati-Ku sangat
sedih, seperti mau mati rasanya. Perkataan yang diterjemahkan dengan hati ialah
psyche, yaitu nyawa atau jiwa. Dan pada kayu salib Tuhan Yesus menyerahkan
roh-Nya kepada Allah. Yesus adalah manusia yang benar . maka dari itu ia dapat
menjadi kepala manusia, maka ia dapat mendatangkan keselamatan. Barang siapa
menyangkal kodrat Allah didalam Yesus, tidak dapat berharap dari penghukuman
Tuhan Allah. Barang siapa menyangkal kodrat manusia pada Yesus juga kehilangan
pengharapan ini.[4]
Yesus adalah salah satu bukti pengenapan, dimana seorang nabi dalam perjanjian
Lama menubuatkan dalam kitab Yesaya 7:14, “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan
memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda
mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan
Dia Imanuel. Dan Yesaya 9:5, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita,
seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas
bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa,
Bapa yang Kekal, Raja Damai.” Mikha 5:2, “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata,
hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku
seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala,
sejak dahulu kala.”[5]
b. Yesus Kristus adalah Tuhan, Anak Allah yang
tunggal
Konsili Nicea, yang diadakan pada
tahun 325, menegaskan doktrin yang paling penting dari kekristenan. Sebagai
hasil dari pertemuan itu muncullah dua pandangan utama mengenai Kristus.
Meskipu dalam kedua pandangan itu berbeda dalam susunan katanya oleh satu huruf
saja dari abjad Yunani (satu iota saja). Di satu pihak terdapat orang-orang
yang berbicara baik tentang Kristus, namu percaya bahwa ia sedikit lebih rendah
dari pada Allah; di pihak yang lainya terdapat orang-orang yang percaya bahwa
Kristus adalah Allah yang sejati. Adaikata Anda sedang membaca Perjanjian Baru
untuk pertama kaliny. Bagaimana anda akan menafsirkan doa Kristus kepada Allah
Bapa? Apakah Anda akan menyimpulkan bahwa Ia lebih rendah dari pada Allah? Dan
jika Dia Allah, apakah Ia hanya berbicara pada diri-Nya sendiri?
Gereja
mula-mula menghadapi suatu paradoks yang membigungkan. Pada satu sisi, Kristus
diperkenalkan sebagai berbeda dari Allah Bapa. Bapa berbicara kepada Kristus
pada pembaptisan-Nya; sebaliknya, Kristus seringkali berbicara kepada Bapa di
dalam doa. Namun pada sisi yang lain, Kristus diperlihatkan dengan jelas
sebagai Allah; seperti yang dinubuatkan oleh Yesaya bahwa sang Mesias adalah
Allah yang perkasa. Jika Allah adalah Tuhan dan
Yesus adalah Tuhan belum lagi ditambah dengan Roh Kudus adalah Tuhan,
bukan berarti ada 3 (tiga) Tuhan. Memang untuk bisa mengerti mengenai keilahan
Yesus sangat sulit, beberapa pendapat mengatakan untuk bisa memahami Trinitas
memerlukan iman, namun bukan berarti tidak ada titik terang untuk memberikan
pemahaman bahwa Yesus adalah Tuhan. Ini ibarat seperti seorang pria dapat
menjadi seorang ayah, anak dan saudara laki-laki, demikian oknum Allah Bapa
memainkan tiga peran yang berbeda-beda. [6]
keilahian Yesus dan kemanusia Yesus tidak bisa dipisah-pisahkan, Dia yang
tadinya anak Allah telah menjadi anak manusia. Tidak karena percampuran zat,
tetapi karena kesatuan pribadi. Jiwa itu memang bukan tubuh, dan tubuh bukan
jiwa. Meskipun begitu, dia yang terdiri dari kedua unsur itu merupakan satu
manusia, tidak lebih. Jadi ada dua tabiat yang berbeda-beda yang membentuk
pribadi orang itu.
Dengan
cara itu juga Alkitab berbicara mengenai Kristus. Kadang- kadang mengenai Dia
dinyatakan hal-hal yang harus dihubungkan khususnya dengan kemanusiaannya,
kadang-kadang hal-hal lain yang secara khusus mengenai keilahian-Nya;
kadang-kadang ada hal-hal yang meliputi kedua tabia, tetapi yang tidak cukup
cocok dengan salah satunya. Dan kesatuan kedua tabiat yang terdapat di dalam
Kristus itu diungkapkan oleh Alkitab dengan ketelitian yang begitu besar,
sehingga tabiat-tabiat itu kadang kala dibuatnya saling bertukar sifat. Yang
paling jelas menyatakan substansi Kristus yang sebenarnya ialah ayat-ayat yang
menyangkut kedua tabiat itu sekaligus, seperti banyak terdapat dalam kitab
Injil. Dalam injil itu kita membaca bahwa Bapa telah memberi-Nya kuasa untuk
mengampuni dosa (Yoh. 1:29), untuk membangkitkan orang mati, siapa saja yang dikehendaki-Nya,
untuk memberi kebenaran, kesucian dan keselamatan; bahwa Dia ditetapkan menjadi
hakim atas orang yang hidup dan yang mati supaya Dia dihormati sama seperti
Bapa dihormati (Yoh. 5:21). Akhirnya bahwa Dia dinamakan Terang dunia, Gembala
yang baik, satu-satunya pintu, dan pokok anggur yang benar. Semua hal ini tidak
secara khusus menyangkut keilahian-Nya ataupun kemanusiaan-Nya, tetapi
keduannya sekaligus.[7]
2.2 Tujuan Inkarnasi
Alkitab tidak memberikan hanya satu
jawaban atas pertanyaan mengapa Yesus Kristus anak Allah, datang kedalam dunia.
Pertanyaan ini justru memberi jawaban yang mengagumkan tentang semua alasan
yang diberikan kitab suci adalah alasan-alasan tersebut tidak saling
bertentangan, melainkan saling menegaskan satu sama lain dan memberikan suatu
pandangan ke depan yang lebih lengkap tentang inkarnasi Kristus.
Pertama,
seperti yang diajarkan Matius 1:21 kepada kita, Yesus datang kedunia untuk
menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka. Yesus datang untuk menyelamatkan
orang-orang dari kuasa kegelapan, ikatan dosa mereka, rasa bersalah karena dosa
mereka, kematian, dan meskipun manusia layak untuk dihukum, ia datang untuk
menanggung penghukuman atas mereka. Saya yakin bahwa hal ini adalah tujuan yang
paling penting di balik kedatangan Kristus kedalam dunia. Tujuan Yesus datang
kedunia bukan sekedar untuk menyelamatkan akan tetapi juga menghancurkan
perbuatan-perbuatan iblis, Alkitab melukiskan karya Yesus menyelamatkan
orang-orang berdosa dan mengalahkan si iblis sebagai dua sisi dalam pelayanan
yang sama. (1 Yoh 3:8) barang siapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari
iblis, sebab iblis berbuat dosa dari mulanya untuk inilah Anak Allah menyatakan
diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu.[8] Karena
anak-anak Allah adalah manusia yang terdiri dari daging dan darah maka Yesus
juga menjadi daging dan darah dengan dilahirkan dalam rupa manusia. Sebab hanya
sebagai manusia Dia dapat mati, dan hanya dengan kematian Dia dapat mematahkan
kuasa iblis, yang berkuasa atas maut. Hanya dengan cara inilah Dia membebaskan
mereka seumur hidup berada dalam perhambaan oleh takut kepada maut.[9]
3. Mengapa Salib
Menjadi Jalan Yesus? 9 (Yesaya 553)
Pertama,
salib Yesus adalah sebuah tindakan pengorbanan. Kita mengacu pada sistem
pengorbanan Yahudi yang termasuk persembahan korban bakaran, persembahan
gandum, korban perdamaian, korban penebusan dosa, korban penebusan salah,
seperti yang diperkenalkan dalam kitab imamat. Penderitaan ini adalah sebuah
korban penebusan dimana dimana Yesus mati menggantikan orang-orang berdosa.
Bangsa israel akan disucikan dari dosa – dosa mereka dengan memindahkan
kesalahan-kesalahan mereka kepada seekor domba atau seekor kambing,
membunuhnya, dan memercikkan darah binatang yang dikorbankan di altar. Yesus Kristus adalah anak domba yang
dikorbankan; ia memindahkan semua dosa-dosa kita kepada diri-Nya sendiri. Yesus
mencurahkan darah-Nya untuk kita dan memberikan nyawa-Nya sendiri sebagai
korban penebusan (Roma 3:25). Allah adalah adil setiap orang yang melakukan
dosa upahnya adalah maut dan Yesus melakukan tindakan kasih dengan
rela/bersedia mati untuk memenuhi keadilan Tuhan Allah. dengan cara ini, Allah
dengan penuh kasih mengampuni semua orang berdosa, akan tetapi hanya setelah
syarat keadilan-Nya terpenuhi melalui Salib Yesus. Pederitaan Yesus dengan
sempurna menyelaraskan kasih dan keadilan Allah untuk kita semua.
Salib
Yesus merupakan sebuah peristiwa pembebasan/penebusan dan kemenangan, sama
seperti kisah keluaran dalam perjanjian lama. Untuk tempatnya, keluaran adalah peristiwa penggembaraan
sebelum peristiwa salib. Seperti rasul Paulus katakan: kamu juga, meskipun
dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah,
telah dihudupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah ia mengampuni segala pelanggaran
kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang olehnya ketentuan-ketentuan hukum
mendakwa dan mengancam kita. dan itu di tiadakan-Nya dengan memakukannya pada
kayu salib: ia telah melucuti pemerintahan-pemerintahan dan penguasa-penguasa
dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka (Kolose 2:13-15).[10]
-
Salib Dan Keselamatan
Pertama, kematian Yesus bersifat sukarela sekaligus
ditentukan. Di satu sisi, Ia “menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita,”
dengan bebas secara sukarela. Disisi lain pemberitaan diri-Nya adalah “menurut
kehendak Allahd Bapa kita.” Allah Bapa merencanakan dan menghendaki kematian
Anak-Nya dan menubuatkannya didalam kitab-kitab perjanjian Lama. Namun Yesus
menerima rencana ini atas kemauan-Nya sendiri. Ia mengarahkan kehendak-Nya untuk melakukan kehendak Bapa-Nya.
Kedua
tujuan dari kematian Kristus adalah untuk menyelamatkan kita. Keselamatan
adalah sebuah operasi penyelamatan, yang ditempuh untuk orang-orang yang begitu
tidak berdaya sehingga mereka tidak dapat menyelamatkan diri mereka sendiri.
Secara khusus, ia mati untuk menyelamatkan kita dari “dunia jahat yang sekarang
ini”. Ketiga, Hasil dari kematian Kristus pada masa kini adalah kasih karunia
(anugerah) dan damai sejahtera. “Anugerah” adalah perkenan-Nya yang Cuma-Cuma
dan tidak selayaknya, dan damai sejahtera” adalah rekonsiliasi dengan Dia dan
dengan satu sama lain yang telah dicapai oleh anugerah. [11]
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Yesus dan karya
salib-Nya sangat berperan penting dalam hidup Kekristenan, tanpa adanya
pengorbanan melalui salib Yesus Kristus, maka manusia tidak akan sanggup untuk
menolong dirinya dari kutuk dosa. Tetapi melalui darah dan pengorbanan Yesus
Kristus manusia ditebus dan diselamatkan, hubungan Allah dan manusia yang sudah
tidak baik itu diperbaiki oleh Yesus yang menjembatani manusia dengan Allah
sehingga manusia bisa kembali mempunyai hubungan dengan Allah dan kita terbebas
dari ikatan dosa yang mengutuk manusia.
3.2
Daftar Pustaka
1. Fernando Ajith 2006.
Supermasi Kristus, Momentum: Surabaya
2. Wook Chung Sung 2011. Belajar Teologia Sistematika dengan Muda, Visi Anugerah Indonesia : Bandung
2. Wook Chung Sung 2011. Belajar Teologia Sistematika dengan Muda, Visi Anugerah Indonesia : Bandung
3. Budipranoto Ida. 2011. Teologia Apa yang Kita Yakini, Yayasan Gloria: Yoyakarta
4. Lutzer Erwin W 1999. Teologia Kontenporer. Yayasan penerbit Gandum Mas: Jakarta
4. Lutzer Erwin W 1999. Teologia Kontenporer. Yayasan penerbit Gandum Mas: Jakarta
5. Calvin Yohanes 2000. Institutio, BPK Gunung Mulia:
Jakarta
6. Soedarmo R 2002. Ikhtisar Dogmatika, Gunung Mulia: Jakarta
7. Hadiwijono Harun 2010. Iman Kristen, Gunung Mulia: Jakarta
8. Stott W. John .R 2015. Salib Kristus , Momentum: Surabaya
6. Soedarmo R 2002. Ikhtisar Dogmatika, Gunung Mulia: Jakarta
7. Hadiwijono Harun 2010. Iman Kristen, Gunung Mulia: Jakarta
8. Stott W. John .R 2015. Salib Kristus , Momentum: Surabaya
[1]
Ajith Fernando.Supermasi Kristus.(Surabaya: Momentum 2006) hlm 117-118
[2]
Ibid hlm 131
[3]
Dr. Harun Hadiwijono. Iman Kristen.(Jakarta:Gunung Mulia
2010) hlm 332-333
[4]
Dr.R.Soedarmo,Ikhtisar Dogmatika.(Jakarta : Gunung Mulia 2002) hlm 172
[5]
Alkitab
[6]
Erwin W. Lutzer. Teologia Kontenporer.(Yayasan penerbit Gandum Mas 1999) hlm
22-23
[7]
Yohanes Calvin. Institutio (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2000) hlm 115-116
[8]
Dr. Sung Wook Chung. Belajar Teologia Sistematika dengan Muda.(Bandung:
Visi Anugerah Indonesia 2011) hlm93
[9]
Ida Budipranoto. Teologia Apa yang Kita Yakini. (Yoyakarta : Yayasan Gloria
2011) hlm136
[10]
Dr. Sung Wook Chung. Belajar Teologia Sistematika dengan Muda.(Bandung:
Visi Anugerah Indonesia 2011) hlm 104
[11]
John R. W. Stott. Salib Kristus (Surabaya:
Momentum 2015) hlm 435-436
😢😇
BalasHapus