Senin, 20 Februari 2017

Makalah Maleakhi



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Tidak dapat menentukan siapa penulis kitab Maleakhi karena sebenarnya ‘Maleakhi’ adalah sebuah jabatan dan bukan nama seseorang, oleh sebab itu tidak dapat memastikan nama pribadi seseorang. Kata Maleakhi berasal dari kata malakh (bahasa Ibrani) yang artinya utusan[1].
Maleakhi atau utusan-Ku bisa juga kependekan dari Malak-Yah yang artinya utusan atau Malaikat Tuhan. Hal ini senada dengan isi kitab yang mengantisipasi kedatangan utusan Allah (bd. 3:1), nubuat tentang datangnya Yohanes pembabtis (Mat.11:10). Septuaginta menyebutnya Malachias, sedangkan bahasa latinya Maleakhi[2].
Pada tahun 586 sebelum masehi ibu kota Kerajaan Yehuda, Yerusalem, bersama dengan Bait Allah yang terletak disitu diruntuhkan oleh raja Babel yang bernama Nebukadnezar. Pada waktu itu penderitaan, kesengsaraan, kelaparan dan serangan bermacam – macam penyakit yang dialami oleh para penduduk kota Yerusalem sungguh luar biasa dan semua orang penting dan para ahli dimusnahkan atau dibawa sebagai tawanan ke negeri Babel.
 Dan pada tahun 538 sM raja Persia, Koresy, mengalahkan negeri Babel dan mengizinkan orang –orang tawanan Yehuda pulang ke negerinya. Akan tetapi sesudah mereka tiba di negerinya harapan mereka tidak terwujud, walaupun sebetulnya harapan mereka sungguh diuji sampai hampir berakhirnya situasi dan kondisi yang mereka hadapi. Perasaan putus harapan dirasakan oleh semua orang Israel termasuk orang – orang yang paling setia dan taat kepada Allah. Maka mereka merasa ragu – ragu tentang perjanjian, kasih dan keadilan Allah. Ibadat dan kebiasaan agamanya menjadi sesuatu yang tidak berarti dan dilakukannya dengan setengah hati saja, walaupun kegiatan – kegiatan ibadah masih diadakan di Bait Allah, para imam pada umumnya sangat melalaikan tugas – tugas dan kewajibannya. Dan akhirnya mereka menjadi malas melaksanakan kewajiban dan kebiasaan beragama, khususnya tentang hal persepuluhan, persembahan, dan pernikahan. 


1.1.1 WAKTU PENULISAN
Periode penulisan diperkirakan 450-400 Sm. Ditinjau dari bukti-bukti internal, nubuat jelas terjadi pada pertengahan abad ke-5 Sm. Keimpulan ini ditarik dari beberapa indikasi yaitu: (1). Bait Suci telah selesai dibangun dan persembahan korban menurut hukum Musa telah dilaksanakan kembali (1:7; 3:1). (2). Dosa-dosa yang dituntut Maleakhi sama dengan yang dikoreksi Nehemia di masa pelayanannya, yaitu (a) kelesuan keimanan (b) mengabaikan perpuluhan untuk keperluan kaum lewi (3:7-12 bd. Neh. 13:10-13), (c) banyaknya kawin campur dengan wanita asing (2:10-16 bd. Neh. 13:23-28). Sehingga sesuai jika diperkirakan penulisan sekitar tahun 435[3].

1.2 SITUASI KEHIDUPAN
1.2.1 KONTEKS PERISTIWA
Diperkirakan Nabi bernubuat sekitar tahun 450 Sm. Pada saat itu kondisi bangsa Yehuda terpuruk secara kerohanian. Mereka meragukan apakah Tuhan masih mengasihi umatNya (pasal1-2), mereka melihat bahwa orang jahat lebih berhasil dari pada orang yang saleh (3:14-15), dan meragukan penghakiman atas orang fasik (3:13-4:6). Oleh sebab itu mereka berpendapat tidak ada gunanya beribadah kepada Tuhan[4].
Pada zaman Maleakhi, persembahan korban, peraturan ibadat, dan peraturan lainnya dalam rumah Tuhan dianggap remeh, dinajiskan orang (1:7, 8, 12; 2:8). Orang Yahudi juga segan mengeluarkan biaya untuk ibadat dalam Bait Tuhan (1:3; 3:8-10), selain itu orang Yahudi juga terlibat kawin campur.
Situasi politik dan ekonomi orang Yahudi paling sulit, tanahnya berbatu – batu, tidak banyak menghasilkan tanaman, dan sering dilanda kekeringan. Selain itu kebanyakan orang Yehuda dan orang Israel dari suku – suku lain tidak kembali ke negerinya, karena sudah menikmati kemakmuran di negeri pembuangan dan sudah menyesuaikan dengan negeri itu. Dan daerah yang didiami oleh orang – orang Yehuda yang kembali itu sangat kecil dan mereka massih dikuasai oleh pemerintahan penjajah Persia.
1.2.2 KONTEKS PEREDAKSIAN
Seperti yang telah ditentukan, waktu penulisan kitab Maleakhi sekitar tahun 435 Sm. Pada saat itu situasi bangsa Yahudi tidak jauh berbeda dengan kondisi pada saat Maleakhi bernubuat yaitu sekitar tahun 450. Bangsa Yahudi secara kerohanian merosot. Mereka membantah, mempertanyakan kepercayaan dan praktik-praktik yang telah berlaku sebelumnya. Mereka mempertanyakan kasih Tuhan yang telah Tuhan perlihatkan sebelumnya dengan memilih Israel.
Para imam menolak tuntutan (Im 1:10) bahwa hanya ternak-ternak yang baik yang boleh dipersembahkan sebagai korban (1:7-8). Bangsa Yahudi mencemarkan perjanjian Allah dengan nenek moyang mereka dengan mengawini wanita yang menyembah dewa-dewa (2:15). Mereka menolak pemahaman bahwa segala sesuatu berasal dari Allah, sebagai pengakuan akan hal ini persepuluhan harus dibayar. Sesungguhnya dengan begitu mereka telah merampok Allah (3:8). Mereka menjadi sombong dan percaya bahwa orang jahat yang mencobai Allah akan berhasil dan lepas dari hukuman (3:13-15). Baik Imam dan seluruh bangsa itu memandang rendah beribadat kepada Allah[5].

1.2.3 STRUKTUR KITAB

Pendahuluan: ucapan ilahi kepada Maleakhi (1:1)
Perbantahan 1: TUHAN mengasihi bangsa Israel (1:2-5)
Perbantahan 2: teguran atas para imam yang mencemarkan Nama TUHAN (1:6-2:9)
Perbantahan 3: teguran pada rakyat yang tidak setia dan tidak peka (2:10-16)
Perbantahan 4: keadilan TUHAN dan pemurnian umat-Nya (2:17-3:5)
Perbantahan 5: panggilan pertobatan (3:6-12)
Perbantahan 6: teguran tentang ucapan yang melawan TUHAN (3:13-4:3)
Nasehat penutup: kembali pada perjanjian dahulu dan respon positif kepada Elia (4:4-6)
 
BAB II
KRITIK TEKS DAN KRITIK TERJEMAHAN
 2.1 KRITIK TEKS
ytiêao ~y[iäb.qob ‘~T,a; yKiÛ ~yhiªl{a/ ~d"øa' [B;’q.yIh]a  WTT Malachi 3:8
`dhm'(WrT.h;w> e rfEß[]M;h;( d  ^Wn=[]b;qc. hM,äB; ~T,Þr>m;a]w:

Dalam Maleakhi pasal 3 Ayat 8, terdapat 5 permasalahan
1.      [B;’q.yIh; kata dasar [b;q\ (merampok) kata kerja Qal imperfect orang ke tiga maskulin tunggal. Mendapat tambahan h; partikel introgatif yang artinya, jika. [B;’q.yIh; artinya: jika dia (m) kemudian telah merampok
Dalam catatan kaki BHS kata [B;’q.yIh mungkin dibaca bqo[;y:h; yang dibandingkan dengan terjemahan septuaginta ditulis sebagai ei, pterniei,,. Kata ei, pterniei merupakan bentuk kata dari  Ei. Conjuction subordinating, yang artinya jika. kata Pterniei, merupakan kata kerja bentuk indicative future aktif orang ke tiga tunggal (dari pternizw), yang artinya mengecoh, mengalihkan. jadi arti kata  ei, pterniei,, adalah : jika dia akan mengecoh/mengalihkan.
Setelah membandingkan teks ibrani dengan terjemahan septuaginta ada perbedaan makna yang mencolok. [B;’q.yIh artinya lebih tegas dibandingkan dengan terjemahan septuaginta ei, pterniei. Teks ibrani menekankan artinya adalah merampok sedangkan terjemahan septuaginta mengartikan lebih halus yaitu mengecoh / mengalihkan.

2.      ~y[iäb.qo kata dasar ; [b;q\ (merampok) kata kerja Qal participle orang ke tiga maskulin jamak absolute. ~y[iäb.qo artinya: mereka telah merampok
Dalam catatan kaki BHS, terjemahan septuagintanya adalah pteri,zete, kata kerja indikatif present orang ke dua jamak (dari pternizw) artinya : kami sedang mengecoh, dan barangkali dibaca pada bacaan dahulu ~ybiq.[ terjemahan septuaginta lebih halus dari pada teks ibrani. Teks ibrani mengartikan ~y[iäb.qo mereka telah merampok sedangkan terjemahan septuaginta pteri,zete mengartikan kami sedang mengecoh. Sepertinya lebih baik jika setuju dengan terjemahan teks Ibrani karena tidak memberikan perpuluhan dan persembahan khusus sama dengan merampok dari Allah.
3.      ^Wn=[]b;q. kata dasar [b;q\ (merampok) kata kerja perfect orang pertama common jamak, suffix orang ke dua maskulin tunggal. ^Wn=[]b;q. artinya :kamu dulu merampok
Dalam catatan kaki BHS, dalam kitab terjemahan septuaginta adalah e,pterni,kamen se. e,pterni,kamen, kata kerja indikatif perfect aktif orang ke dua jamak (dari pternizw), artinya: kalian telah mengecoh.se, pronoun personal akusatif tunggal, artinya: kau, engkau, kamu. e,pterni,kamen se artinya: kalian telah mengecoh kau/engkau/kamu. Kemungkinan Dibaca pada bacaan dahulu $wnbq;[;
Dari dua terjemahan diatas terdapat perbedaan yang nyata. Terjemahan teks ibrani menjelaskan kata merampok (lebih tegas) sedangkan terjemahan septuaginta menjelaskan kata mengecoh (lebih halus). Selain itu terjemahan teks ibrani mengacu bentuk jamak, sedangkan septuaginta bentuk tunggal.
4.      hm'(WrT.h;w> rfEß[]M;h;(, rfEß[]M;h;( kata dasar rfe[}m; kata benda maskulin tunggal absolute.Artinya, bagian kesepuluh. Mendapat tambahan h; partikel artikel(itu). Menjadi : bagian kesepuluh itu. hm'(WrT.h;w> kata dasar hm;WrT. Kata benda feminism tunggal absolute, mendapat tambahan w> particle conjuction (dan). Dan mendapat tambahan h; particle article (itu). Artinya, dan kontribusi/persembahan (digunakan untuk sesuatu hal yang suci) itu.  Jadi arti dari ; hm'(WrT.h;w> rfEß[]M;h bagian kesepuluh itu dan persembahan, digunakan untuk sesuatu hal yang suci itu. Dalam catatan kaki BHS barangkali dibaca hmwrTb;W rf[MB; dalam terjemahan siria, targum (teks Ibrani bahasa Aram), dan terjemahan latin vulgata, tetapi bandingkanlah dengan ayat 9b-bwOL.KU ywOGh;. ywOGUh; kata dasar ywOG kata benda maskulin tunggal, mendapat tambahan h; particle article (itu), artinya : bangsa itu/orang itu. wOL.Ku  kata dasar lKo (semua,masing-masing, setiap,seluruh)o kata benda maskulin tunggal construct suffix orang ke tiga maskulin tunggal. Artinya :milik dia semua jadi arti dari wOL.KU ywOGUhadalah: bangsa itu milik dia (m) semua.
5.      hm'(WrT.h;w> kata dasar hm;WrT. Kata benda feminim tunggal absolute. Mendapat tambahan w> particle conjuction (dan), mendapat tambahan h; particle article (itu). hm'(WrT.h;w artinya: dan kontribusi/persembahan (digunakan untuk sesuatu hal yang suci) itu. Dalam catatan kaki BHS dalam terjemahan septuagintanya ditambahkan meq u.mwn ei,si. Meq preposition genitive (dari meta) artinya: dengan (milik), setelah (objek). u.mwn kata ganti genetif jamak (dari sw) artinya: kamu/engkau. ei,si kata kerja present aktif orang ke tiga jamak (dari ei,mi,) artinya: mereka sedang.
Jadi arti dari meq u.mwn ei,si: dengan kamu/engkau mereka sedang. Dalam terjemahan septuaginta hm'(WrT.h;w kemudian mendapat tambahan meq u.mwn ei,si penambahan ini menjadikan teks tersebut menjadi lebih jelas yaitu dengan kamu mereka sedang persembahan (digunakan untuk sesuatu hal yang suci)

2.2 KRITIK TERJEMAHAN

KJV Malachi 3:8Will a man rob God? Yet ye have robbed me. But ye say, Wherein have we robbed thee? In tithes and offerings.
(Akankah manusia merampok Allah? Namun kamu menipu saya. Tetapi kamu berkata, dalamnya telah kita merampok Engkau? Dalam persepuluhan dan persembahan.)

NIV Malachi 3:8 "Will a man rob God? Yet you rob me. "But you ask, 'How do we rob you?' "In tithes and offerings.("Akankah merampok Allah manusia Namun kamu menipu aku?." Tetapi kamu bertanya, 'Bagaimana kita merampok  Anda? ""Dalam persepuluhan dan persembahan.)

BIS Malachi 3:8Sekarang Aku bertanya kepadamu: Bolehkah manusia menipu Allah? Tentu saja tidak. Tetapi kamu menipu Aku juga. Kamu bertanya, 'Bagaimana?' Jawab-Ku: Dalam hal membayar sepersepuluhan dan memberi persembahan.

ITB Malachi 3:8Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!
ytiêao ~y[iäb.qo ‘~T,a; yKiÛ ~yhiªl{a/ ~d"øa' [B;’q.yIh]  WTT Malachi 3:8
`hm'(WrT.h;w> rfEß[]M;h;( ^Wn=[]b;q. hM,äB; ~T,Þr>m;a]w: 
STRUKTUR TEKS
A 6-7 = Tidak memelihara hukum Taurat
B 8-9 = Bagaimana cara kamu menipu?
C 10- 12 = Kesukaan....

2.3 TAFSIRAN
Maleakhi 3:6-12
Ayat 6
Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap. Kesetiaan, sikap, dan sikap Tuhan yang kita sembah selalu tetap, dan tidak pernah berubah. Allah menghakimi menurut pola kesucian Allah sendiri. Allah membenci dosa. Ia akan menghakimi manusia menurut keadaan yang sebenarnya. Walaupun begitu janji Allah terhadap bangsa Israel tetap. Karena mereka banyak berbuat dosa Allah akan menghakimi dan menghukum mereka, tetapi Dia tidak akan melenyapkan mereka. Tujuan penghakiman dan hukuman adalah untuk melenyapkan dosa-dosa umat-Nya bukan melenyapkan umat-Nya.
Ayat 7
Sejak zaman nenek moyangmu kamu telah menyimpang dari ketetapan-Ku dan tidak memeliharanya. Kembalilah kepadaKu maka Aku akan kembali kepadamu, Firman TUHAN semesta alam……… Keadaan bangsa Israel sejak zaman semula dan zaman Maleakhi tetap sama. Mereka sering mengabaikan dan menolak perintah Allah. Dosa mereka yang utama adalah: mereka tidak setia. Walaupun orang Israel tidak setia kepada Allah tetapi Allah tetap setia. Itulah sebabnya Allah memanggil mereka untuk bertobat dan meninggalkan dosa-dosanya. Kalau mereka menyambut panggilan itu, Allah akan memulihkan kembali perjanjian dan hubunganya dengan mereka. Allah tidak akan memaksa orang-orang yang keras hati dan tidak mau bertobat. Tetapi setiap orang yang mau mendengar suara Allah, Dia akan mengampuni dosa-dosanya.
ayat 8
Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: “dengan cara bagaimana kami menipu Engkau?” Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! Jawaban dari pertanyaan bolehkah manusia menipu Allah atau tidak, tentu jawabannya adalah Tidak! Manusia boleh saja mengikuti kehendak/perintah Allah ataupun mengabaikannya. Tetapi Allah adalah Maha tahu. Dia mengerti setiap pikiran dan hati manusia. Walaupun manusia berusaha menipu Allah, Allah sudah mengetahuinya. Walaupun manusia tidak sadar bahwa mereka mau menipu Allah, Dia sudah terlebih dahulu isi hati manusia. “dengan cara bagaimana kami menipu Engkau?” mereka tidak merasa telah menipu Allah. Karena seringnya mereka menipu Allah, hati mereka menjadi keras dan tidak peka dengan dosa. Mereka tidak menyadari bahwa hal itu adalah kejahatan rohani. Ada kalanya orang berbuat dosa terus-menerus sampai orang itu merasa biasa hidup seperti itu. Dia tidak lagi merasa berdosa.
Allah menjawab pertanyaan mereka berkaitan dengan masalah persembahan persepuluhan dan persembahan khusus. Memang bukan hanya itu dosa orang-orang itu; tetapi itulah yang sangat mencolok. Menurut Firman Allah persepuluhan dari pendapatan setiap orang harus diberikan kepada Allah (Bil. 18:21-24; Ul 14:22-29; 18:1-3; 28:1-2). Apabila seseorang tidak menyerahkan persepuluhannya kepada Allah maka orang itu tidak memenuhi kewajiban keagamaannya. Bahkan orang itu sudah mengambil milik Allah. Persepuluhan adalah hak Allah. Sebagai pemilik Allah mempercayakan sebagian dari milikNya kepada setiap orang. Manusia adalah abdi Allah. Orang-orang yang tidak mengembalikan persepuluhan mereka telah mencuri milik Allah sendiri. Secara langsung atau tidak langsung segala sesuatu yang kita miliki itu adalah pemberian Tuhan. Mengembalikan persepuluhan kepada Allah merupakan bukti kasih kira kepada Allah. Janganlah kita memberikannya oleh karena kita mengharapkan sesuatu dari Allah, atau ingin bebas dari hukumanNya.
Ayat 9
Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa. Ada kalanya orang merasa bahwa dosa-dosa yang telah dilakukannya tidak berarti, tidak membahayakan hidupnya, tidak mengganggu hubungannya dengan Allah. Tetapi Allah berkata bahwa dosa yang dilakukan manusia akan sangat membahayakan. Akan tetapi seringkali manusia tidak mau bertobat, meninggalkan dosa-dosanya. Seolah-olah dosa mereka lebih berharga dari pada Allah sendiri.
Ayat 10a
Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan. Umat Israel mengerti persepuluhan dan rumah perbendaharaan. Yang dimaksud oleh nabi Maleakhi. Persepuluhan berarti sepuluh persen dari hasil kerja atau ladangnya. Lagipula yang harus diberikan kepada Allah adalah yang paling baik, bukan sisanya, bagian yang jelek, atau yang tidak berguna bagi si pemberi. Tetapi mereka tidak memperhatikan perintah Allah itu. Menurut maleakhi 1:7-8 biasanya yang mereka persembahkan sebagai kurban untuk Tuhan untuk Tuhan itu binatang yang sakit, cacat dan cemar. Sikap seperti itu tidak menghormati Allah.  Kepada mereka hanya ada satu tempat untuk menyerahkan persembahan yaitu di Bait suci di Yerusalem. Bait Allah itu merupakan pusat kebaktian dan kegiatan-kegiatan agamanya.
Ayat 10b
Supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku. pada zaman itu banyak orang Israel mengabaikan kewajibannya untuk menyerahkan persembahan dan persepuluhannya di Bait Allah di Yerusalem. Maka kehidupan orang-orang yang menerima nafkah dari pelayanan di tempat suci menjadi sangat sulit. Pemeliharaan para pelayan maupun fasilitas untuk mereka diabaikan, karena mereka tidak setia. Seringkali pekerjaan Tuhan dihalangi bukan dari luar tetapi dalam, oleh karena umat Allah tidak setia dengan persembahannya.
Ayat 10c
Dan ujilah Aku, firman Tuhan semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. Allah memberi perjanjian kepada mereka. kalau mereka setia kepada Allah yang selalu setia kepada mereka, maka Dia akan memberkati mereka secara luar biasa. Sungguh sayang bangsa Israel tidak pernah mendapat berkat seperti yang dijanjikan-Nya. Mengapa? Karena mereka memenuhi kehendak Allah. Mereka tidak mau menerima persyaratan Allah.  Banyak orang melakukan syarat-syarat keagamaan secara tradisi saja, tetapi hati mereka tidak sesuai dengan kehendak Allah. Dia berjanji akan melimpahkan berkat-berkatNya kepada setiap orang yang memenuhi semua kemauan Allah.
Ayat 11
Aku akan menghardik bagimu binatang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman Tuhan semesta alam.
Masih ada janji-janji dari Allah yang berupa berkat-berkat bagi umat-Nya yang taat dan setia kepada-Nya. Umat Israel sangat senang bila mendengar tentang janji dan berkat yang akan dilimpahkan itu, karena banyak petani yang tinggal di daerah yang sering dilanda kemarau yang panjang sampai semua tanaman di lading menjadi layu. Juga sering kali ada macam-macam binatang dan serangga yang menghabiskan tanamannya. Berkat-berkat Allah itu akan dilimpahkan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya.
Ayat 12
Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam.
Pujian dari semua bangsa yang disampaikan kepada bangsa Israel atas berkat rohani ini karena dua hal. Pertama, mereka harus meninggalkan dosa-dosa dan semua kebiasaan yang bersifat jahat di mata Tuhan. Kedua, mereka harus melaksanakan semua kehendak Allah, bukan hanya satu dua hal yang cocok dengan kemauan mereka saja. Kalau mereka setia kepada Allah maka Allah setia kepada mereka. sayang, mereka tidak memperhatikan firman Allah yang disampaikan oleh nabi-Nya, Maleakhi. Maka bangsa Israel tidak diberkati Allah sesuai dengan rencanaNya. Hal ini tidak berlaku bagi umat Israel saja, tetapi bagi semua umatNya.

 BAB III
MAKNA TEOLOGIS DAN APLIKASI
MAKNA TEOLOGIS
1.      Allah tidak pernah melanggar janjiNya walaupun umatNya menghianatiNya.
2.      Dosa yang terus menerus dilakukan, disadari ataupun tak disadari akan membutakan hati dan pada akhirnya tidak dapat membedakan anatara berbuat dosa atau tidak berbuat dosa.
3.      Memberikan perembahan perpuluhan kepada Tuhan adalah hal wajib bagi setiap umat Tuhan; itu adalah hak Tuhan. Memberi perpuluhan bukan supaya diberkati, tetapi sebagai suatu ketaatan akan Firman Tuhan dan respon akan anugerah Tuhan, yang telah terlebih dahulu dilimpahkan.
4.      Allah memiliki janji bersyarat. Allah tidak pernah menolak memberkati umatNya asalkan umatNya taat kepadaNya.

APLIKASI
1.      Percaya kepada janji Allah, walaupun terkadang seakan-akan janji tersebut seperti tidak akan tergenapi.
2.      Segera bertobat ketika berbuat dosa, maksudnya peka terhadap dosa yang telah diperbuat.
3.      Memberikan perpuluhan; sepuluh persen dari pendapatan kita secara rutin.
4.      Membuang jauh pemikiran, menyogok Allah dengan perpuluhan.
5.      Menyadari bahwa perpuluhan adalah suatu bentuk ketaatan akan Firman Allah.
6.      Melakukan perintah Allah dengan sungguh-sungguh, bukan hanya mengharapkan berkat melimpah.











[1] Ludji Barnabas, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2, (Bandung: Bina media Informasi.2009) hal. 141              
[2]Jeane Ch.Obadja, Survei Ringkas Perjanjian Lama(Surabaya: Momentum.2004) hal. 189
[3] Ibid. Hal. 190
[4] Opcit.hal. 141
[5] Lasor, W.S, Pengantar Perjanjian Lama 2, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1996) hal. 456