BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tidak dapat menentukan siapa
penulis kitab Maleakhi karena sebenarnya ‘Maleakhi’ adalah sebuah jabatan dan
bukan nama seseorang, oleh sebab itu tidak dapat memastikan nama pribadi
seseorang. Kata Maleakhi berasal dari kata malakh
(bahasa Ibrani) yang artinya utusan[1].
Maleakhi atau utusan-Ku bisa juga
kependekan dari Malak-Yah yang artinya utusan atau Malaikat Tuhan. Hal ini
senada dengan isi kitab yang mengantisipasi kedatangan utusan Allah (bd. 3:1),
nubuat tentang datangnya Yohanes pembabtis (Mat.11:10). Septuaginta menyebutnya
Malachias, sedangkan bahasa latinya Maleakhi[2].
Pada tahun 586 sebelum masehi ibu
kota Kerajaan Yehuda, Yerusalem, bersama dengan Bait Allah yang terletak disitu
diruntuhkan oleh raja Babel yang bernama Nebukadnezar. Pada waktu itu
penderitaan, kesengsaraan, kelaparan dan serangan bermacam – macam penyakit
yang dialami oleh para penduduk kota Yerusalem sungguh luar biasa dan semua
orang penting dan para ahli dimusnahkan atau dibawa sebagai tawanan ke negeri
Babel.
Dan pada tahun 538 sM raja Persia, Koresy,
mengalahkan negeri Babel dan mengizinkan orang –orang tawanan Yehuda pulang ke
negerinya. Akan tetapi sesudah mereka tiba di negerinya harapan mereka tidak
terwujud, walaupun sebetulnya harapan mereka sungguh diuji sampai hampir
berakhirnya situasi dan kondisi yang mereka hadapi. Perasaan putus harapan
dirasakan oleh semua orang Israel termasuk orang – orang yang paling setia dan
taat kepada Allah. Maka mereka merasa ragu – ragu tentang perjanjian, kasih dan
keadilan Allah. Ibadat dan kebiasaan agamanya menjadi sesuatu yang tidak
berarti dan dilakukannya dengan setengah hati saja, walaupun kegiatan –
kegiatan ibadah masih diadakan di Bait Allah, para imam pada umumnya sangat
melalaikan tugas – tugas dan kewajibannya. Dan akhirnya mereka menjadi malas
melaksanakan kewajiban dan kebiasaan beragama, khususnya tentang hal
persepuluhan, persembahan, dan pernikahan.
1.1.1 WAKTU PENULISAN
Periode penulisan diperkirakan
450-400 Sm. Ditinjau dari bukti-bukti internal, nubuat jelas terjadi pada
pertengahan abad ke-5 Sm. Keimpulan ini ditarik dari beberapa indikasi yaitu:
(1). Bait Suci telah selesai dibangun dan persembahan korban menurut hukum Musa
telah dilaksanakan kembali (1:7; 3:1). (2). Dosa-dosa yang dituntut Maleakhi
sama dengan yang dikoreksi Nehemia di masa pelayanannya, yaitu (a) kelesuan
keimanan (b) mengabaikan perpuluhan untuk keperluan kaum lewi (3:7-12 bd. Neh. 13:10-13), (c) banyaknya kawin
campur dengan wanita asing (2:10-16 bd. Neh. 13:23-28). Sehingga sesuai jika
diperkirakan penulisan sekitar tahun 435[3].
1.2
SITUASI KEHIDUPAN
1.2.1
KONTEKS PERISTIWA
Diperkirakan Nabi bernubuat sekitar
tahun 450 Sm. Pada saat itu kondisi bangsa Yehuda terpuruk secara kerohanian.
Mereka meragukan apakah Tuhan masih mengasihi umatNya (pasal1-2), mereka
melihat bahwa orang jahat lebih berhasil dari pada orang yang saleh (3:14-15),
dan meragukan penghakiman atas orang fasik (3:13-4:6). Oleh sebab itu mereka
berpendapat tidak ada gunanya beribadah kepada Tuhan[4].
Pada zaman Maleakhi, persembahan
korban, peraturan ibadat, dan peraturan lainnya dalam rumah Tuhan dianggap
remeh, dinajiskan orang (1:7, 8, 12; 2:8). Orang Yahudi juga segan mengeluarkan
biaya untuk ibadat dalam Bait Tuhan (1:3; 3:8-10), selain itu orang Yahudi juga
terlibat kawin campur.
Situasi politik dan ekonomi orang
Yahudi paling sulit, tanahnya berbatu – batu, tidak banyak menghasilkan
tanaman, dan sering dilanda kekeringan. Selain itu kebanyakan orang Yehuda dan
orang Israel dari suku – suku lain tidak kembali ke negerinya, karena sudah
menikmati kemakmuran di negeri pembuangan dan sudah menyesuaikan dengan negeri
itu. Dan daerah yang didiami oleh orang – orang Yehuda yang kembali itu sangat
kecil dan mereka massih dikuasai oleh pemerintahan penjajah Persia.
1.2.2
KONTEKS PEREDAKSIAN
Seperti yang telah ditentukan,
waktu penulisan kitab Maleakhi sekitar tahun 435 Sm. Pada saat itu situasi
bangsa Yahudi tidak jauh berbeda dengan kondisi pada saat Maleakhi bernubuat
yaitu sekitar tahun 450. Bangsa Yahudi secara kerohanian merosot. Mereka
membantah, mempertanyakan kepercayaan dan praktik-praktik yang telah berlaku
sebelumnya. Mereka mempertanyakan kasih Tuhan yang telah Tuhan perlihatkan
sebelumnya dengan memilih Israel.
Para imam menolak tuntutan (Im
1:10) bahwa hanya ternak-ternak yang baik yang boleh dipersembahkan sebagai
korban (1:7-8). Bangsa Yahudi mencemarkan perjanjian Allah dengan nenek moyang
mereka dengan mengawini wanita yang menyembah dewa-dewa (2:15). Mereka menolak
pemahaman bahwa segala sesuatu berasal dari Allah, sebagai pengakuan akan hal
ini persepuluhan harus dibayar. Sesungguhnya dengan begitu mereka telah
merampok Allah (3:8). Mereka menjadi sombong dan percaya bahwa orang jahat yang
mencobai Allah akan berhasil dan lepas dari hukuman (3:13-15). Baik Imam dan
seluruh bangsa itu memandang rendah beribadat kepada Allah[5].
Pendahuluan:
ucapan ilahi kepada Maleakhi (1:1)
Perbantahan
1: TUHAN mengasihi bangsa Israel (1:2-5)
Perbantahan
2: teguran atas para imam yang mencemarkan Nama TUHAN (1:6-2:9)
Perbantahan
3: teguran pada rakyat yang tidak setia dan tidak peka (2:10-16)
Perbantahan
4: keadilan TUHAN dan pemurnian umat-Nya (2:17-3:5)
Perbantahan
5: panggilan pertobatan (3:6-12)
Perbantahan
6: teguran tentang ucapan yang melawan TUHAN (3:13-4:3)
Nasehat penutup: kembali
pada perjanjian dahulu dan respon positif kepada Elia (4:4-6)
BAB II
KRITIK TEKS DAN KRITIK TERJEMAHAN
2.1
KRITIK TEKS
ytiêao ~y[iäb.qob
‘~T,a; yKiÛ ~yhiªl{a/ ~d"øa' [B;’q.yIh]a WTT Malachi 3:8
`dhm'(WrT.h;w> e rfEß[]M;h;( d ^Wn=[]b;qc.
hM,äB; ~T,Þr>m;a]w:
Dalam Maleakhi pasal 3 Ayat 8, terdapat 5
permasalahan
1.
[B;’q.yIh; kata dasar [b;q\ (merampok) kata kerja Qal imperfect orang ke tiga maskulin tunggal.
Mendapat tambahan h; partikel introgatif yang artinya, jika. [B;’q.yIh; artinya: jika dia
(m) kemudian telah merampok
Dalam catatan
kaki BHS kata [B;’q.yIh
mungkin dibaca bqo[;y:h; yang dibandingkan dengan
terjemahan septuaginta ditulis sebagai ei, pterniei,,. Kata ei, pterniei merupakan bentuk kata dari Ei. Conjuction
subordinating, yang artinya jika. kata Pterniei, merupakan kata kerja bentuk indicative future aktif orang ke tiga tunggal
(dari pternizw), yang artinya mengecoh,
mengalihkan. jadi arti kata ei, pterniei,, adalah : jika dia akan mengecoh/mengalihkan.
Setelah
membandingkan teks ibrani dengan terjemahan septuaginta ada perbedaan makna
yang mencolok. [B;’q.yIh artinya lebih tegas dibandingkan dengan terjemahan
septuaginta ei,
pterniei. Teks ibrani menekankan artinya adalah merampok sedangkan terjemahan septuaginta
mengartikan lebih halus yaitu mengecoh /
mengalihkan.
2.
~y[iäb.qo kata dasar ; [b;q\ (merampok) kata kerja Qal participle orang ke tiga maskulin jamak absolute.
~y[iäb.qo artinya: mereka
telah merampok
Dalam catatan
kaki BHS, terjemahan septuagintanya adalah pteri,zete,
kata kerja indikatif present orang ke dua jamak (dari pternizw) artinya : kami sedang mengecoh,
dan barangkali dibaca pada bacaan dahulu ~ybiq.[ terjemahan
septuaginta lebih halus dari pada teks ibrani. Teks ibrani mengartikan ~y[iäb.qo mereka telah merampok sedangkan terjemahan septuaginta pteri,zete mengartikan
kami sedang mengecoh. Sepertinya
lebih baik jika setuju dengan terjemahan teks Ibrani karena tidak memberikan
perpuluhan dan persembahan khusus sama dengan merampok dari Allah.
3.
^Wn=[]b;q. kata dasar [b;q\ (merampok) kata kerja perfect orang pertama common jamak, suffix orang ke
dua maskulin tunggal. ^Wn=[]b;q.
artinya :kamu dulu
merampok
Dalam catatan
kaki BHS, dalam kitab terjemahan septuaginta adalah e,pterni,kamen se. e,pterni,kamen, kata kerja
indikatif perfect aktif orang ke dua jamak (dari pternizw), artinya: kalian telah mengecoh.se, pronoun
personal akusatif tunggal, artinya: kau, engkau, kamu. e,pterni,kamen se artinya: kalian
telah mengecoh kau/engkau/kamu. Kemungkinan Dibaca pada bacaan dahulu $wnbq;[;
Dari dua
terjemahan diatas terdapat perbedaan yang nyata. Terjemahan teks ibrani
menjelaskan kata merampok (lebih tegas) sedangkan terjemahan septuaginta
menjelaskan kata mengecoh (lebih halus). Selain itu terjemahan teks ibrani
mengacu bentuk jamak, sedangkan septuaginta bentuk tunggal.
4.
hm'(WrT.h;w>
rfEß[]M;h;(, rfEß[]M;h;(
kata dasar rfe[}m; kata benda
maskulin tunggal absolute.Artinya, bagian kesepuluh. Mendapat tambahan h; partikel
artikel(itu). Menjadi : bagian kesepuluh
itu. hm'(WrT.h;w> kata dasar hm;WrT. Kata benda
feminism tunggal absolute, mendapat tambahan w> particle
conjuction (dan). Dan mendapat tambahan h; particle article
(itu). Artinya, dan kontribusi/persembahan (digunakan untuk sesuatu hal yang
suci) itu. Jadi arti dari ; hm'(WrT.h;w> rfEß[]M;h bagian
kesepuluh itu dan persembahan, digunakan untuk sesuatu hal yang suci itu. Dalam catatan kaki BHS barangkali dibaca hmwrTb;W rf[MB; dalam terjemahan siria, targum (teks Ibrani bahasa Aram),
dan terjemahan latin vulgata, tetapi bandingkanlah dengan ayat 9b-bwOL.KU ywOGh;. ywOGUh; kata dasar ywOG kata benda maskulin tunggal,
mendapat tambahan h; particle article (itu), artinya : bangsa itu/orang itu. wOL.Ku kata dasar lKo (semua,masing-masing,
setiap,seluruh)o kata benda maskulin tunggal construct suffix orang ke
tiga maskulin tunggal. Artinya :milik dia
semua jadi arti dari wOL.KU ywOGUhadalah: bangsa itu
milik dia (m) semua.
5.
hm'(WrT.h;w> kata
dasar hm;WrT. Kata benda feminim tunggal absolute. Mendapat tambahan w> particle conjuction (dan), mendapat tambahan h; particle article
(itu). hm'(WrT.h;w artinya: dan kontribusi/persembahan
(digunakan untuk sesuatu hal yang suci) itu. Dalam catatan kaki BHS dalam
terjemahan septuagintanya ditambahkan meq u.mwn ei,si. Meq preposition
genitive (dari meta) artinya: dengan
(milik), setelah (objek). u.mwn kata ganti genetif jamak (dari sw)
artinya: kamu/engkau. ei,si kata kerja present aktif orang ke tiga jamak (dari ei,mi,) artinya: mereka sedang.
Jadi arti dari
meq u.mwn ei,si: dengan
kamu/engkau mereka sedang. Dalam terjemahan septuaginta hm'(WrT.h;w kemudian
mendapat tambahan meq u.mwn ei,si penambahan ini
menjadikan teks tersebut menjadi lebih jelas yaitu dengan kamu mereka sedang persembahan (digunakan untuk sesuatu hal yang
suci)
2.2 KRITIK TERJEMAHAN
2.2 KRITIK TERJEMAHAN
KJV Malachi 3:8Will a man rob God? Yet ye have robbed me. But ye say,
Wherein have we robbed thee? In tithes and offerings.
(Akankah
manusia merampok Allah? Namun kamu menipu
saya. Tetapi kamu berkata, dalamnya
telah kita merampok Engkau? Dalam persepuluhan dan persembahan.)
NIV Malachi 3:8 "Will a man
rob God? Yet you rob me. "But you ask, 'How do we rob you?' "In
tithes and offerings.("Akankah merampok Allah manusia Namun kamu
menipu aku?." Tetapi kamu bertanya, 'Bagaimana kita merampok Anda?
""Dalam persepuluhan dan persembahan.)
BIS Malachi 3:8Sekarang Aku bertanya kepadamu: Bolehkah manusia menipu Allah? Tentu saja tidak. Tetapi
kamu menipu Aku juga. Kamu bertanya, 'Bagaimana?' Jawab-Ku: Dalam hal membayar
sepersepuluhan dan memberi persembahan.
ITB Malachi 3:8Bolehkah manusia menipu
Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara
bagaimanakah kami menipu Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan
persembahan khusus!
ytiêao ~y[iäb.qo ‘~T,a; yKiÛ
~yhiªl{a/ ~d"øa' [B;’q.yIh] WTT Malachi 3:8
`hm'(WrT.h;w> rfEß[]M;h;(
^Wn=[]b;q. hM,äB; ~T,Þr>m;a]w:
STRUKTUR TEKS
A 6-7 = Tidak
memelihara hukum Taurat
B 8-9 = Bagaimana
cara kamu menipu?
C 10- 12 =
Kesukaan....
2.3 TAFSIRAN
Maleakhi 3:6-12
Ayat 6
Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan
lenyap. Kesetiaan, sikap, dan sikap
Tuhan yang kita sembah selalu tetap, dan tidak pernah berubah. Allah menghakimi
menurut pola kesucian Allah sendiri. Allah membenci dosa. Ia akan menghakimi
manusia menurut keadaan yang sebenarnya. Walaupun begitu janji Allah terhadap
bangsa Israel tetap. Karena mereka banyak berbuat dosa Allah akan menghakimi
dan menghukum mereka, tetapi Dia tidak akan melenyapkan mereka. Tujuan
penghakiman dan hukuman adalah untuk melenyapkan dosa-dosa umat-Nya bukan
melenyapkan umat-Nya.
Ayat 7
Sejak zaman nenek moyangmu kamu telah menyimpang dari ketetapan-Ku dan
tidak memeliharanya. Kembalilah kepadaKu maka Aku akan kembali kepadamu, Firman
TUHAN semesta alam……… Keadaan bangsa
Israel sejak zaman semula dan zaman Maleakhi tetap sama. Mereka sering
mengabaikan dan menolak perintah Allah. Dosa mereka yang utama adalah: mereka tidak setia.
Walaupun orang Israel tidak setia kepada Allah tetapi Allah tetap setia. Itulah
sebabnya Allah memanggil mereka untuk bertobat dan meninggalkan dosa-dosanya.
Kalau mereka menyambut panggilan itu, Allah akan memulihkan kembali perjanjian
dan hubunganya dengan mereka. Allah tidak akan memaksa orang-orang yang keras
hati dan tidak mau bertobat. Tetapi setiap orang yang mau mendengar suara
Allah, Dia akan mengampuni dosa-dosanya.
ayat 8
Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata:
“dengan cara bagaimana kami menipu Engkau?” Mengenai persembahan persepuluhan
dan persembahan khusus! Jawaban dari
pertanyaan bolehkah manusia menipu Allah atau tidak, tentu jawabannya adalah
Tidak! Manusia boleh saja mengikuti kehendak/perintah Allah ataupun
mengabaikannya. Tetapi Allah adalah Maha tahu. Dia mengerti setiap pikiran dan
hati manusia. Walaupun manusia berusaha menipu Allah, Allah sudah
mengetahuinya. Walaupun manusia tidak sadar bahwa mereka mau menipu Allah, Dia
sudah terlebih dahulu isi hati manusia. “dengan
cara bagaimana kami menipu Engkau?” mereka tidak merasa telah menipu Allah.
Karena seringnya mereka menipu Allah, hati mereka menjadi keras dan tidak peka
dengan dosa. Mereka tidak menyadari bahwa hal itu adalah kejahatan rohani. Ada
kalanya orang berbuat dosa terus-menerus sampai orang itu merasa biasa hidup
seperti itu. Dia tidak lagi merasa berdosa.
Allah menjawab pertanyaan
mereka berkaitan dengan masalah persembahan persepuluhan dan persembahan
khusus. Memang bukan hanya itu dosa orang-orang itu; tetapi itulah yang sangat
mencolok. Menurut Firman Allah persepuluhan dari pendapatan setiap orang harus
diberikan kepada Allah (Bil. 18:21-24; Ul 14:22-29; 18:1-3; 28:1-2). Apabila
seseorang tidak menyerahkan persepuluhannya kepada Allah maka orang itu tidak
memenuhi kewajiban keagamaannya. Bahkan orang itu sudah mengambil milik Allah.
Persepuluhan adalah hak Allah. Sebagai pemilik Allah mempercayakan sebagian
dari milikNya kepada setiap orang. Manusia adalah abdi Allah. Orang-orang yang
tidak mengembalikan persepuluhan mereka telah mencuri milik Allah sendiri.
Secara langsung atau tidak langsung segala sesuatu yang kita miliki itu adalah
pemberian Tuhan. Mengembalikan persepuluhan kepada Allah merupakan bukti kasih
kira kepada Allah. Janganlah kita memberikannya oleh karena kita mengharapkan
sesuatu dari Allah, atau ingin bebas dari hukumanNya.
Ayat 9
Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa. Ada kalanya orang merasa bahwa dosa-dosa yang telah
dilakukannya tidak berarti, tidak membahayakan hidupnya, tidak mengganggu
hubungannya dengan Allah. Tetapi Allah berkata bahwa dosa yang dilakukan
manusia akan sangat membahayakan. Akan tetapi seringkali manusia tidak mau
bertobat, meninggalkan dosa-dosanya. Seolah-olah dosa mereka lebih berharga
dari pada Allah sendiri.
Ayat 10a
Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan.
Umat Israel mengerti persepuluhan
dan rumah perbendaharaan. Yang dimaksud oleh nabi Maleakhi. Persepuluhan
berarti sepuluh persen dari hasil kerja atau ladangnya. Lagipula yang harus
diberikan kepada Allah adalah yang paling baik, bukan sisanya, bagian yang
jelek, atau yang tidak berguna bagi si pemberi. Tetapi mereka tidak
memperhatikan perintah Allah itu. Menurut maleakhi 1:7-8 biasanya yang mereka
persembahkan sebagai kurban untuk Tuhan untuk Tuhan itu binatang yang sakit,
cacat dan cemar. Sikap seperti itu tidak menghormati Allah. Kepada mereka hanya ada satu tempat untuk
menyerahkan persembahan yaitu di Bait suci di Yerusalem. Bait Allah itu
merupakan pusat kebaktian dan kegiatan-kegiatan agamanya.
Ayat 10b
Supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku. pada zaman itu banyak orang Israel mengabaikan kewajibannya untuk
menyerahkan persembahan dan persepuluhannya di Bait Allah di Yerusalem. Maka
kehidupan orang-orang yang menerima nafkah dari pelayanan di tempat suci
menjadi sangat sulit. Pemeliharaan para pelayan maupun fasilitas untuk mereka
diabaikan, karena mereka tidak setia. Seringkali pekerjaan Tuhan dihalangi
bukan dari luar tetapi dalam, oleh karena umat Allah tidak setia dengan
persembahannya.
Ayat 10c
Dan ujilah Aku, firman Tuhan semesta alam, apakah Aku tidak membukakan
bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. Allah memberi perjanjian kepada mereka. kalau mereka
setia kepada Allah yang selalu setia kepada mereka, maka Dia akan memberkati
mereka secara luar biasa. Sungguh sayang bangsa Israel tidak pernah mendapat
berkat seperti yang dijanjikan-Nya. Mengapa? Karena mereka memenuhi kehendak
Allah. Mereka tidak mau menerima persyaratan Allah. Banyak orang melakukan syarat-syarat
keagamaan secara tradisi saja, tetapi hati mereka tidak sesuai dengan kehendak
Allah. Dia berjanji akan melimpahkan berkat-berkatNya kepada setiap orang yang
memenuhi semua kemauan Allah.
Ayat 11
Aku akan menghardik bagimu binatang pelahap, supaya jangan dihabisinya
hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu,
firman Tuhan semesta alam.
Masih ada janji-janji dari
Allah yang berupa berkat-berkat bagi umat-Nya yang taat dan setia kepada-Nya.
Umat Israel sangat senang bila mendengar tentang janji dan berkat yang akan
dilimpahkan itu, karena banyak petani yang tinggal di daerah yang sering dilanda
kemarau yang panjang sampai semua tanaman di lading menjadi layu. Juga sering
kali ada macam-macam binatang dan serangga yang menghabiskan tanamannya.
Berkat-berkat Allah itu akan dilimpahkan kepada setiap orang sesuai dengan
keperluannya.
Ayat 12
Maka segala bangsa akan
menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman
TUHAN semesta alam.
Pujian dari semua bangsa yang
disampaikan kepada bangsa Israel atas berkat rohani ini karena dua hal.
Pertama, mereka harus meninggalkan dosa-dosa dan semua kebiasaan yang bersifat
jahat di mata Tuhan. Kedua, mereka harus melaksanakan semua kehendak Allah,
bukan hanya satu dua hal yang cocok dengan kemauan mereka saja. Kalau mereka
setia kepada Allah maka Allah setia kepada mereka. sayang, mereka tidak
memperhatikan firman Allah yang disampaikan oleh nabi-Nya, Maleakhi. Maka
bangsa Israel tidak diberkati Allah sesuai dengan rencanaNya. Hal ini tidak
berlaku bagi umat Israel saja, tetapi bagi semua umatNya.
BAB III
MAKNA TEOLOGIS
DAN APLIKASI
MAKNA TEOLOGIS
1.
Allah tidak pernah
melanggar janjiNya walaupun umatNya menghianatiNya.
2.
Dosa yang terus
menerus dilakukan, disadari ataupun tak disadari akan membutakan hati dan pada
akhirnya tidak dapat membedakan anatara berbuat dosa atau tidak berbuat dosa.
3.
Memberikan
perembahan perpuluhan kepada Tuhan adalah hal wajib bagi setiap umat Tuhan; itu
adalah hak Tuhan. Memberi perpuluhan bukan supaya diberkati, tetapi sebagai
suatu ketaatan akan Firman Tuhan dan respon akan anugerah Tuhan, yang telah
terlebih dahulu dilimpahkan.
4.
Allah memiliki
janji bersyarat. Allah tidak pernah menolak memberkati umatNya asalkan umatNya
taat kepadaNya.
APLIKASI
1.
Percaya kepada
janji Allah, walaupun terkadang seakan-akan janji tersebut seperti tidak akan
tergenapi.
2.
Segera bertobat
ketika berbuat dosa, maksudnya peka terhadap dosa yang telah diperbuat.
3.
Memberikan
perpuluhan; sepuluh persen dari pendapatan kita secara rutin.
4.
Membuang jauh
pemikiran, menyogok Allah dengan perpuluhan.
5.
Menyadari bahwa
perpuluhan adalah suatu bentuk ketaatan akan Firman Allah.
6.
Melakukan perintah
Allah dengan sungguh-sungguh, bukan hanya mengharapkan berkat melimpah.
[1] Ludji Barnabas, Pemahaman
Dasar Perjanjian Lama 2, (Bandung: Bina media Informasi.2009) hal. 141
[2]Jeane Ch.Obadja, Survei
Ringkas Perjanjian Lama(Surabaya: Momentum.2004) hal. 189
[3] Ibid. Hal. 190
[4] Opcit.hal. 141
[5]
Lasor, W.S, Pengantar Perjanjian Lama 2, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1996) hal.
456