MAKALAH
KITAB ZAKHARIA 7:14
D
I
S
U
S
U
N
O L E H:
ANGGA MELODY NAPITUPULU
Dosen : Pdt. Sumardi,
M.Th
Mata Kuliah : Nabi Kecil

INSTITUT
WESLEY JAKARTA
OKTOBER 2014
Bab 1
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Nama Zakharia itu tidak asing dalam perjanjian lama lebih dari dua puluh
orang yang mempunyai nama itu yang artinya “Tuhan Ingat”.[1]
Kitab Zakharia merupakan salah satu kitab nabi-nabi kecil dalam Alkitab Ibrani
atau Perjanjian Lama di Alkitab
Kristen.
Zakharia hidup sezaman dengan Hagai, latar belakang kitab Zakharia tidaklah
jauh berbeda dengan latar belakang kitab Hagai dan besar kemungkinan bahwa
Zakharia bin Berekhya ia dibesarkan di Babel sebagai Putera imam Ido.[2] Zakharia
bergabung dengan Hagai dalam memberikan dorongan kepada orang-orang Yahudi
untuk memprioritaskan tanggung jawab spiritual mereka yakni
membangun kembali Bait Suci: Para
tua-tua orang Yahudi melanjutkan pembangunan itu dengan lancar digerakkan oleh nubuat apa yang di maksud nabi Hagai
dan nabi Zakharia bin
Ido. Mereka menyelesaikan pembangunan menurut perintah Allah Israel (Ezra 6:14) kira-kira empat tahun kemudian.[3]
Bab II
PEMBAHASAN
2.1 Penulisan
dan Waktu Penulisan
Sebagian
telah kita ketahui, Zakharia hidup sejaman dengan Hagai. Dia menerima apa tiga wahyunya pada waktu
yang relatif sama dengan Hagai. Yang
pertama dalam bulan kedelapan dari tahun pemerintahan Darius 520 SM
(1:1) , yang kedua tiga bulan kemudian dalam bulan kesebelas dari tahun keempat
pemerintahan Darius, 520 SM, (1:7) dan yang ketiga kira-kira dua tahun kemudian
dalam bulan kesembilan dari tahun keempat pemerintahan Darius, 518 SM (7:1). Materi pasal 1-8 Ditulis oleh nabi Zakharia
pada tahun 520-518 SM . Kronologi pelayanan Zakharia adalah sesuai dengan
pemerintahan Darius, Raja Persia (sekitar, 521-486 SM).[4]
2.2
Situasi Kehidupan
Koresy, Raja Persia,
Mengeluarkan keputusan sekitar 538 SM. Bahwa barangsiapa yang ingin kembali ke
Yerusalem untuk membangun kembali Bait Allah di izinkannya (2Taw 36:22 ,23; Ezr
1:1-4). Sekitar 50.000 orang buangan
mengambil manfaat dari kebijaksanaan yang lunak ini. Dengan tujuan mulia,
mereka bertekad untuk kembali bermukim di negeri itu dan memperbaiki bait
Allah. dalam bulan kedua tahun 536, SM,
mereka meletakan fondasinya. Pada awal
pekerjaan itu orang-orang samaria menentang pembangunan kembali tembok
Yerusalem tersebut. Jadi
macetlah pembangunan Bait suci itu sampai Darius menjadi Raja, lebih kurang
empat belas tahun pekerjaan ini terhentikan.[5] Ketika Darius menaiki tahta Persia Pada Tahun
521 SM, Hagai dan Zakharia, beranggapan bahwa keputusan-keputusan dari para
penguasa sebelumnya tidak berlaku, mendorong orang-orang sebangsanya untuk
memulai tugas itu kembali. Zerubabel dan Yosua adalah imam besar dan Bupati,
memimpin pembangunan kembali tersebut. Suatu penyelidikan yang dilakukan oleh
Tatnai, bupati persia untuk wilaya barat Efrata, menghentikan pekerjaan itu
lagi, namun Darius mempertegas keputusan asli Koresy. Sayangnya, pada masa ini
telah terjadi perubahan sikap pada orang-orang Yahudi, mereka berangapan bahwa
Allah tidak ada dalam pekerjaan ini, karena terhentinya pembangunan itu
kembali. Hagai dan Zakharia berusaha
membangkitkan bangsa ini dari sikap acuh tak acuh mereka. Bangsa inipun
meresponinya dan pembagunannya pun selesai pada tahun 516 SM, Tahun ke-6 dari
pemerintahan Darius data keronologis dalam nubuat ini berada dalam periode
pekerjaan pembangunan kembali Bait Allah.[6]
Keadaan meereka pada masa itu menunjukan gambar yang suram. Zakharia memakai
ini sebagai latar belakang yang gelap bagi pemandangan yang lebih semak. (apa
Maksudnya : bangsa israel hidup sudah tidak setia dan murtad, mereka mengapa
seperti ini krn memang bait Allah sering sekali gagal dan mereka beranggapan
bahwa Allah tidak ada dlm pekerjaan ini, nah inilah tugas Nabi Zakharia bukan
hanya bait suci yg harus cepat diselesaikan tetapi juga orangny harus
diperbaiki agar mereka lebih taat) dengan jalan rangkai wahyu dan nubuat, ia
menggambarkan Yerusalem, yang telah di pugar, dilindungi dan didiami oleh
mesias dan menjadi ibu kota suatu bangsa yang ditinggikan diatas segala bangsa
lain. Disamping janji kemuliaan yang akan datang, nabi itu menjanjikan keberhasilan
dan keberuntungan yang sekarang ini, sebab ia meyakinkan orang yang
tinggal itu bahwa Bait suci mereka akan
dibangun kembali meskipun banyak perlawanan di babel, begitu pula mereka akan
dibersihkan oleh api kesengsaraan besar dari dosa yang terbesar diantara segala
dosa, yaitu penolakan mesias dan Raja mereka (13:8,9; 12:10; 13:1).[7]
Bab III
TAFSIRAN
III. Kritik Teks dan Kritik Terjemahan
3.1 Kritik Teks
‘War>q.yI
!KEÜ W[me_v' al{åw> ar"Þq'-rv,a]k;
yhiîy>w:
WTT Zechariah
7:13
`tAa)b'c. hw"ïhy> rm:ßa' [m'êv.a, al{åw>
Dalam BHS kata ar"Þq'-rv,a]k; memiliki akar kata rv,a] yang mendapat kata depan k (oleh) , kata rv,a]k. merupakan kata penghubung dari arq yang berarti “yang”. Kata arq adalah bentuk perfeck orang ke-3 bergender maskulin
tunggal, yang memiliki arti “dia memanggil.” Jadi kata ar"Þq'-rv,a]k memiliki arti “oleh Dia (m) Yang sedang Memanggil”. Dalam Catatan kaki BHS
kata ar"Þq'-rv,a]k di usulkan oleh (peneliti
Modern) dengan kata ytIarq bandingkan, terjemahan siria yang disusun menurut keselarasan para
saksi-saksi, awalnya dibaca, Teks Alkitab Ibrani dari para ahli penulis Masora.
Kata ytIarq bentuk perfect orang-1,
maskulin feminim tunggal yang artinya “Saya
(m) sedang memanggil.” Jadi jika kita
mengikuti apa yang dikemukakan dalam
catatan kaki BHS kita akan mendapat penggalan kalimat sebagai berikut : Seperti mereka tidak mendengarkan pada waktu Saya (m) Sedang memanggil, demikianlah Aku tidak mendengarkan pada
waktu mereka memanggil, firman TUHAN semesta alam. Saya lebih setuju dengan
catatan kaki BHS, karena dalam catatan kaki lebih jelas dari pada BHS karena ada penambahan
kata “Saya” (Tuhan) yang mempunyai sosok.
~W[êd"y>-al{) rv<åa] ‘~yIAGh;-lK' l[;Û a~rEª[]s'aeäw> WTT Zechariah 7:14
hD"Þm.x,-#r<a,( WmyfiîY"w:
bV'_miW rbEß[ome( ~h,êyrEx]a;( hM'v;än" ‘#r<a'’h'w>
p `hM'(v;l.
Dalam
BHS kata ~rEª[]s'aeäw> yang merupakan akar kata
dari r[s merupan kata kerja berstem piel (Bentuk aktif atau kausatif) kata r[s ini adalah bentuk
orang pertama maskulin tunggal kata ini bersifat imperfect (berarti sudah
dilakukan) . Kata ~rEª[]s'aeäw> ini juga memiliki akhiran orang ke-3 (maskulin)
jamak (bagi mereka, atau bagi kita) kata r[s ini juga mendapat
imbuhan w> yang adalah kata
penghunbung yang artinya “dan”. jadi Kata ~rEª[]s'aeäw> memiliki arti dan Aku
(m) sedang Menyerang mereka.
Dalam catatan kaki BHS kata ~rEª[]s'aeäw di usulkan oleh para peneliti
modern menjadi kata ~r[saw" kata ~r[saw" ini juga awalnya di terjemahkan sama oleh para ahli
penulis teks Alkitab Massora, sebenarnya tidak ada perbedaan yang kontras
antara dua kata yang berbeda yang di dalam kitab BHS dan juga yang diusulkan
para peneliti modern dan ahli penulis teks Massora. Letak perbedaannya adalah
huruf vokal yang ada seteleh huruf w didalam kitab BHS huruf
vokalnya adalah “:” Sheva sedangkan yang diusulkan oleh para peneliti adalah “T” Qames.
3.2 STRUKTUR
A = 1
= Firman Tuhan Kepada Zakharia
B = 2-3 = mengirim Sarezer untuk menanyakan Puasa
B = 2-3 = mengirim Sarezer untuk menanyakan Puasa
A1 = 4 = Firman Tuhan kepada Zakharia
B1 = 5-7 = Berpuasalah dengan
sungguh-sungguh bukan untuk dirimu sendiri
A = 9-10
= Tuhan ingin agar melakukan hukumnya dengan benar dan tidak merancang kejahatan/mengasihi
sesama
B =
11-12a = Tidak mau mendengar
pengajaran dan firman yang disampaikan
=
12b = Murka Tuhan
C =
13-14 = Bangsa Israel dihukum
3.2 KRITIK TERJEMAHAN
LAIZakharia 7:13 pada waktu dipanggi, demikianlah Aku tidak mendengarkan
LAIZakharia 7:13 pada waktu dipanggi, demikianlah Aku tidak mendengarkan
KJVZakharia
7:13 so they cried, and I would not
hear,
(Zakharia 7:13 sehingga
mereka menangis, dan
Aku tidak akan mendengar,)
NASZakharia He called and they would not listen,
(Zakharia 7:13 Dia
memanggil dan mereka
tidak mau mendengarkan)
BISZakharia
7:13 doa mereka, karena mereka pun tidak
mendengarkan ketika Aku berbicara.
Dalam hal ini penulis melihat setiap terjemahan
yang berbeda-beda dalam penafsiran.
Jadi penulis lebih setuju dengan NAS yang menyatakan Tuhan
memanggil tapi bangsa tidak mendengarkan, jadi disini adanya penjelasan siapa
yang memanggil.
LAIZakharia
7:14 Aku meniupkan
mereka seperti angin badai ke antara segala bangsa yang tidak dikenal mereka,
NASZakharia
7:14 I scattered them with a
storm wind among all the nations whom they have not known.
(Zakharia 7:14 Aku
menceraiberaikan mereka dengan angin badai di antara
semua bangsa-bangsa yang tidak
mereka kenal.
BISZakharia
7:14 Aku telah menyapu mereka
sehingga mereka terpaksa tinggal di negeri-negeri asing.
KJVZakharia
7:14 I scattered them with a
whirlwind among all the nations whom they knew not.
(Zakharia 7:14 Aku
menceraiberaikan mereka dengan angin puyuh di antara semua bangsa-bangsa yang tidak mereka tahu).
Dalam hal ini penulis melihat setiap terjemahan yang berbeda-beda
dalam penafsiran.
Jadi penulis lebih setuju dengan BIS di bandingkan dengan
terjemahan yang lain dikarenakan BIS mendapat kata “Telah” yang berarti sudah
dilakukan dan BIS juga lebih mendekati dengan catatan kaki BHS.
3.3 TAFSIRAN
Zakharia 7:1-14
Ayat 1
Pada Tahun yang keempat. Tahun keempat pemerintahan Darius adalah 518 SM. Bangsa
itu telah bekerja dengan tekun di Bait suci. Rumah-rumah baru didirikan di
Yerusalem, dan bekas-bekas keehancuran dihapuskan.
Ayat 2
Betel adalah kota
penting dalam sejarah agama israel ditempat itu, Abraham membangun Mezbah di
betel setelah Allah menampakkan diri kepadanya dalam dua kesempatan disana (Kej
28:10-22; 35:1-16). Tabut perjanjian disimpan dibetel selama satu Periode
tertentu (Hak 20:27). Debora (Hak 4:5) dan samuel (1 Sam 7:16) melayani sebagai
hakim di Betel. Umat dengan benar menyembah Allah di Betel sampai Yerobeam
membangun dua patung lembu emas dan mereka mulai menyembah berhala disana (1
Raj. 12:29-33). Betel dihancurkan selama pembuangan, namun sebagian orang
Israel yang dibebaskan persia kembali ke sana. Mereka diutus kerumah Tuhan.
Kota Betel telah mengutus sebuah delegasi ke Yerusalem untuk dua tujuan: untuk memohon berkat Tuhan, dan untuk
menanyakan tentang adanya puasa tertentu bagi seluruh bangsa.
Ayat 3
Bulan Yang Kelima. Pertanyaannya adalah dengan segala tanda
kehidupan ekonomi baru secara Nasional, apakah masih perlu untuk berpuasa dan
menangis pada bulan kelima, sebagai mana pernah mereka perbuat selama
dipembuangan? Berpuasa pada hari kesepuluh dari bulan kelima dilakukan untuk memperingati
pembakaran Yerusalem pada tahun 586 SM (bdg. Yer. 52:12-13). Tanggal ini masih
tetap menjadi tanggal puasa terbesar bagi bangsa Yahudi. Pertanyaan ini
tampaknya menunjukan bahwa berpuasa itu menjemukan dan juga berat.
Ayat 5
Adakah Kamu Sungguh-sungguh berpuasa untuk
Aku? Pertanyaan ini mengungkapkan semua
kepura-puraan dan kemunafikan mereka baik dalam tata cara maupun upacara yang
mereka lakukan. Allah tidak menetapkan puasa ini; puasa ini pun bukan
dilaksanakan untuk memuliakan Allah. puasa ini dilakukan untuk memuaskan hati
dan jiwa jasmani. Allah sama sekali tidak dipikirkan. Waktu itu juga sekarang,
Allah menghendaki kebenaran dari batin. Sang nabi menambahkan puasa dalam bulan
ketujuh dalam pertanyaannya. Belakangan dia menambah dua puasa lainnnya (Bnd.
8:19). Semua berhubungan dengan kejatuhan Yerusalem di bawah Nebukadnezar
menyerbu Yerusalem (II Raj. 25:1); dalam bulan keempat musuh memasuki kota itu
(II Raj. 25:3,4; Yer. 39:2); dalam bulan kelima bait suci dibakar (II Raj.
25:8,9); dan dalam bulan ketujuh Gedalya, bupati berbangsa Yahudi, dibunuh (II
Raj. 25:23-25).
Ayat 6
Bukankah kamu makan dan minum untuk dirimu
sendiri ? baik waktu
mereka mengadakan upacara perjamuan maupun waktu mereka berpuasa, yang nyata
adalah sifat egosentris mereka. Waktu melakukan kedua hal itu, mereka merasa
diri mereka benar dan puas akan diri sendiri.
Ayat
7
Bukankah
ini firman yang telah disampaikan. Mengapa mereka
menyusahkan diri dengan puasa sesuatu
yang tidak Allah perintahkan, padahal mereka begitu tidak mengindahkan apa yang
telah dia minta dari mereka berulang-ulang melalui para nabi masa pra
pembuangan? Adalah jauh lebih baik untuk mempersembahkan ketaatan kepada Allah
dari pada menimbun puasa sampai tak terkirah jumlahnya. Hati nurani jasmani
berusaha memudahkan diri dengan peraturan-peraturan formal, bukannya
memperhatikan peringatan dari berbagai hukuman Allah yang timbul karena
penyimpangan-penyimpangan dari kehendakNya yang sudah Ia nyatakan. Dosa
merupakan alasan mengapa mereka berpuasa. Bila dosa ditinggalkan, puasa tentu
tidak lagi diperlukan. Dosa apa yang mereka lakukan hingga mereka berpuasa
Ayat 8
ajaran mereka
diberikan untuk meuntuk jelaskan, bahwa suatu agama dalam masa sebelum
pembuangan yang tidak perna kekurangan pelaksanaan ritual (bnd. Yes 1:11-16),
gagal menunjukkan tanggapan moral yang benar terhadap Tuhan, dan bahwa
kegagalan ini telah nyata dalam ketidak pedulian sosial terhadap yang
berkekurangan di antara sesama manusia. Jadi perpuasaan dalam dirinya sendiri
tidaklah penting dari sudut keagamaan dibandingkan denga tuntutan Tuhan
Ayat
9
Laksanakanlah
hukum yang benar. Nabi-nabi sebelumnya memiliki kesaksian yang sama yakni
melakukan keadilan dalam kehidupan sehari-hari. Allah menyukai pelaksanaan keadilan
yang benar. Kemurahan serta belas kasihan diantara saudara menyenangkan hati
sang pencipta yang RahmatNya tak terhingga.
Ayat
10
Janda
dan anak Yatim, orang asing dan orang miskin. Orang yang
kurang beruntung dan yang tak terlindung selalu menjadi perhatian khusus Tuhan;
kebaikan apapun yang diberikan kepada mereka sangat menyenangkan hati-Nya. Merancang kejahatan dalam hatimu
terhadap masing-masing. Kemarahan dan kebencian dalam hati terhadap sesama
sangat jelas dilarang. Iman dan kesalehan harus berjalan berdampingan. Agama
tanpa moralits adalah sia-sia dan merupakan suatu penghinaan; moralitas tanpa
agama yang benar atau kesalehan berarti tidak memiliki landasan yang tepat dan
bersifat sementara.
Ayat
11
Tetapi
Mereka tidak mau menghiraukan. Inilah sebuah
kesimpulan mengenai sikap Israel selama berabad-abad terhadap pelayanan para
nabi saat mereka memberitakan tentang iman, kesalehan, dan keadilan sosial.
Ayat
12
Membuat
hati mereka keras seperti batu amril. Batu amril adalah
benda terkeras yang dikenal pada zaman PL (lih. Yer 17:1; Yer 3:8-9). 1.
Panggilan Allah oleh Roh-Nya melalui para nabi yang dahulu adalah untuk keadilan, kemurahan, dan belas
kasihan, tetapi umat itu dengan keras kepala tidak mau taat. Kemudian ketika
hukuman tiba, sudah terlambat untuk bertobat. 2. Yang diminta Allah dari
umatNya tidak berubah, karena Dia ingin agar kita menunjukkan kasih dan belas
kasihan kepada orang yang mengalami berbagai kebutuhan (Pemeliharaan orang
miskin dan melarat). Apabila orang berbalik dan mematuhi kehendak Allah, maka
ia makin lama makin makin tidak peka dan makin melawan kebenarannya . batu amril
menggambarkan pengerasan hati yang terakhir dan menggambarkan akibat-akibat
moral yang dahsyat dari ketidak patuhan.[8]
Ayat 13
Demikianlah Aku tidak mendengarkan pada waktu
mereka memanggil.
Mereka mengalami semacam pembalasan. Ketika mereka tidak mau mendengar perintah
Allah untuk taat, Dia dengan penuh kuasa menolak untuk mendengarkan seruan
mereka dalam kesesakan, yang hanya timbul karena kepahitan oleh malapetaka
mereka dan bukan karena penyesalan yang sungguh-sungguh.
Ayat 14
ke Antara segala Bangsa. Sampai waktu itu, mereka terserak terutama
keasyur dan Babel. Bila teks itu diambil artinya yang penuh dan jelas, maka
harus dilihat lebih jauh kepada perserakan bangsa Yahudi keseluruh dunia, akibat
dari penolakan mereka terhadap Mesias, pertunjukkan terbesar tentang ketidaktaatan
yang bersifat keras kepala mereka terhadap firman Tuhan dan para utusan-Nya. Tidak ada yang lalu lalang. Negeri yang
dahulunya menyenangkan hendak ditinggalkan dan tak berpenduduk. Walaupun musuh menyempurnakan
penghancuran ini, Israel dituntut untuk bertanggung jawab, sebab dosanya
menjadi penyebab diperolehnya hukuman itu.[9]
Bab IV
PENUTUP
IV. Makna Teologis dan Aplikasi
4.1
Makna Teologis
Ayat
ini menunjukan bahwa Allah adalah pengenapan nubuat-nubuat tentang Mesias.
Dimana kitab ini menubuatkan kemenagan Allah atas semua musuh dan pencipta
Yerusalem baru, tempat Allah akan memberkati dan memberikan kehidupan baru
kepada semua orang yang setia. Dalam ayat ke 3-9 jelas dikatakan bahwa puasa
dan pantang tidak menggantikan ketaatan
kepada hukum Taurat, keadilan, dan kebaikan. Zakharia mengingatkan ketaatan
kepada hukum Taurat, keadilan, dan kebaikan. Zakharia mengigatkan umat, apabila
mereka tidak mendengar Allah, mereka akan dihukum. Zakharia juga berusaha membangkitkan bangsa
israel dari sikap acuh tak acuh mereka. Allah menghendaki setiap umat berpuasa
dengan sungguh-sungguh dan benar-benar penuh dengan kerinduan.
4.2 Aplikasi
Melalui pembahasan
ayat ini, hendaknya kita sebagai umat Tuhan melakukan puasa dengan benar, bukan
sebaliknya melakukan puasa hanya sebagai kepura-puraan dan kemunafikan baik
dalam tata cara maupun upacara yang dilakukan. Allah tidak menetapkan puasa
ini; puasa ini pun bukan dilaksanakan untuk memuliakan Allah. Puasa ini
dilakukan untuk memuaskan hati dan keinginan daging semata. Allah menghendaki
setiap umat berpuasa dengan sungguh-sungguh dan benar-benar penuh dengan
kerinduan. Dengan kata lain, puasa atau ibadah yang benar itu adalah: hidup
dalam terang, pemulihan atau kesembuhan, kebenaran, kemuliaan, doa yang
didengarkan, tuntunan dan penyertaan Tuhan, hati yang penuh kedamaian, kekuatan
dan berkat untuk menjadi berkat untuk menjadi saluran berkat untuk menjadi
saluran berkat bagi orang lain, bukan sebaliknya.
4.3 DAFTAR PUSTAKA
1. M. Boyd. Frank 2006. Kitab Nabi-Nabi Kecil, Gandum Mas: Jakarta
2. Barth.C. 2002. Theologia Perjanjian Lama 4, BPK Gununga Mulia: Jakarta
3. Bakker.F.L. 1996. Sejarah Kerajaan Alkitab, BPK Gunung Muia: Jakarta
4. Preifeir.F 2005. Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 2 Ayub-Maleakhi ,Gandum Mas: Jawa Timur
5. Gutrie Donald 1980. Tafsiran Alkitab Masa Kini 2 Ayub-Maleakhi, BPK Gunung Mulia: Jakarta
6. Sevenster. A 1983. Tafsiran Alkitab Zakharia Dan Hagai, BPK Gunung Mulia: Jakarta
1. M. Boyd. Frank 2006. Kitab Nabi-Nabi Kecil, Gandum Mas: Jakarta
2. Barth.C. 2002. Theologia Perjanjian Lama 4, BPK Gununga Mulia: Jakarta
3. Bakker.F.L. 1996. Sejarah Kerajaan Alkitab, BPK Gunung Muia: Jakarta
4. Preifeir.F 2005. Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 2 Ayub-Maleakhi ,Gandum Mas: Jawa Timur
5. Gutrie Donald 1980. Tafsiran Alkitab Masa Kini 2 Ayub-Maleakhi, BPK Gunung Mulia: Jakarta
6. Sevenster. A 1983. Tafsiran Alkitab Zakharia Dan Hagai, BPK Gunung Mulia: Jakarta
[1] Frank M. Boyd, Kitab
Nabi-Nabi Kecil. ( Gandum Mas
2006 ) hlm 148
[2] Dr.C.Barth, Theologia Perjanjian Lama 4.
( Jakarta, BPK Gununga Mulia 2002 ) hlm 115
[3] Ibid. hlm 117
[4] Drs. A. Sevenster, Tafsiran
Alkitab Zakharia Dan Hagai. ( Jakarta, BPK Gunung Mulia 1983 ) hlm 9
[5] Dr.F.L. Bakker,; Sejarah
Kerajaan Allah. (Jakarta:
Gunung Mulia) hlm 716-717
[6] F.Preifeir, Charles dan
F.Harrison, Everett. Tafsiran Alkitab Wycliffe (Volume 2
Ayub-Maleakhi). Jawa timur: Gandum mas, 2005, hlm 1187-1188
[7] F.Preifeir, Charles dan
F.Harrison, Everett. Tafsiran Alkitab Wycliffe (Volume 2
Ayub-Maleakhi). Jawa timur: Gandum mas, 2005, hlm 147-148
[8] Donald Gutrie, Tafsiran
Alkitab Masa Kini 2 Ayub-Maleakhi. Jakarta:BPK, 1980. Hlm 734-735
[9] F. Pfeifeir, Charles dan F.
Harrison, Everett. Tafsiran Alkitab Wycliffe (Volume 2 Ayub-Maleakhi). Jawa timur: Gandum Mas, 2005, hlm. 1204-1207