Minggu, 31 Januari 2016

Makalah Kitab Zakharia



MAKALAH
KITAB ZAKHARIA 7:14

D
I
S
U
S
U
N

O L E H:

ANGGA MELODY NAPITUPULU
Dosen : Pdt. Sumardi, M.Th
Mata Kuliah : Nabi Kecil
Description: IWJ.jpg








INSTITUT WESLEY JAKARTA
OKTOBER 2014




Bab 1
 PENDAHULUAN
1.  Latar Belakang
Nama Zakharia itu tidak asing dalam perjanjian lama lebih dari dua puluh orang yang mempunyai nama itu yang artinya “Tuhan Ingat”.[1] Kitab Zakharia merupakan salah satu kitab nabi-nabi kecil dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Zakharia hidup sezaman dengan Hagai, latar belakang kitab Zakharia tidaklah jauh berbeda dengan latar belakang kitab Hagai dan besar kemungkinan bahwa Zakharia bin Berekhya ia dibesarkan di Babel sebagai Putera imam Ido.[2] Zakharia bergabung dengan Hagai dalam memberikan dorongan kepada orang-orang Yahudi untuk memprioritaskan tanggung jawab spiritual mereka yakni membangun kembali Bait Suci: Para tua-tua orang Yahudi melanjutkan pembangunan itu dengan lancar digerakkan oleh nubuat apa yang di maksud nabi Hagai dan nabi Zakharia bin Ido. Mereka menyelesaikan pembangunan menurut perintah Allah Israel (Ezra 6:14) kira-kira empat tahun kemudian.[3]
Bab II
PEMBAHASAN
2.1 Penulisan dan Waktu Penulisan
                  Sebagian telah kita ketahui, Zakharia hidup sejaman dengan Hagai. Dia menerima apa tiga wahyunya pada waktu yang relatif sama dengan Hagai.  Yang pertama dalam bulan kedelapan dari tahun pemerintahan Darius 520 SM (1:1) , yang kedua tiga bulan kemudian dalam bulan kesebelas dari tahun keempat pemerintahan Darius, 520 SM, (1:7) dan yang ketiga kira-kira dua tahun kemudian dalam bulan kesembilan dari tahun keempat pemerintahan Darius, 518 SM (7:1).  Materi pasal 1-8 Ditulis oleh nabi Zakharia pada tahun 520-518 SM . Kronologi pelayanan Zakharia adalah sesuai dengan pemerintahan Darius, Raja Persia (sekitar, 521-486 SM).[4]
2.2 Situasi Kehidupan
      Koresy, Raja Persia, Mengeluarkan keputusan sekitar 538 SM. Bahwa barangsiapa yang ingin kembali ke Yerusalem untuk membangun kembali Bait Allah di izinkannya (2Taw 36:22 ,23; Ezr 1:1-4). Sekitar  50.000 orang buangan mengambil manfaat dari kebijaksanaan yang lunak ini. Dengan tujuan mulia, mereka bertekad untuk kembali bermukim di negeri itu dan memperbaiki bait Allah.  dalam bulan kedua tahun 536, SM, mereka meletakan fondasinya.  Pada awal pekerjaan itu orang-orang samaria menentang pembangunan kembali tembok Yerusalem tersebut. Jadi macetlah pembangunan Bait suci itu sampai Darius menjadi Raja, lebih kurang empat belas tahun pekerjaan ini terhentikan.[5]  Ketika Darius menaiki tahta Persia Pada Tahun 521 SM, Hagai dan Zakharia, beranggapan bahwa keputusan-keputusan dari para penguasa sebelumnya tidak berlaku, mendorong orang-orang sebangsanya untuk memulai tugas itu kembali. Zerubabel dan Yosua adalah imam besar dan Bupati, memimpin pembangunan kembali tersebut. Suatu penyelidikan yang dilakukan oleh Tatnai, bupati persia untuk wilaya barat Efrata, menghentikan pekerjaan itu lagi, namun Darius mempertegas keputusan asli Koresy. Sayangnya, pada masa ini telah terjadi perubahan sikap pada orang-orang Yahudi, mereka berangapan bahwa Allah tidak ada dalam pekerjaan ini, karena terhentinya pembangunan itu kembali.  Hagai dan Zakharia berusaha membangkitkan bangsa ini dari sikap acuh tak acuh mereka. Bangsa inipun meresponinya dan pembagunannya pun selesai pada tahun 516 SM, Tahun ke-6 dari pemerintahan Darius data keronologis dalam nubuat ini berada dalam periode pekerjaan pembangunan kembali Bait Allah.[6] Keadaan meereka pada masa itu menunjukan gambar yang suram. Zakharia memakai ini sebagai latar belakang yang gelap bagi pemandangan yang lebih semak. (apa Maksudnya : bangsa israel hidup sudah tidak setia dan murtad, mereka mengapa seperti ini krn memang bait Allah sering sekali gagal dan mereka beranggapan bahwa Allah tidak ada dlm pekerjaan ini, nah inilah tugas Nabi Zakharia bukan hanya bait suci yg harus cepat diselesaikan tetapi juga orangny harus diperbaiki agar mereka lebih taat) dengan jalan rangkai wahyu dan nubuat, ia menggambarkan Yerusalem, yang telah di pugar, dilindungi dan didiami oleh mesias dan menjadi ibu kota suatu bangsa yang ditinggikan diatas segala bangsa lain. Disamping janji kemuliaan yang akan datang, nabi itu menjanjikan keberhasilan dan keberuntungan yang sekarang ini, sebab ia meyakinkan orang yang tinggal itu bahwa Bait suci mereka   akan dibangun kembali meskipun banyak perlawanan di babel, begitu pula mereka akan dibersihkan oleh api kesengsaraan besar dari dosa yang terbesar diantara segala dosa, yaitu penolakan mesias dan Raja mereka (13:8,9; 12:10; 13:1).[7]
Bab III
TAFSIRAN
III. Kritik Teks dan Kritik Terjemahan
3.1 Kritik Teks
 ‘War>q.yI !KEÜ W[me_v' al{åw> ar"Þq'-rv,a]k; yhiîy>w:  WTT Zechariah 7:13
`tAa)b'c. hw"ïhy> rm:ßa' [m'êv.a, al{åw>
Dalam BHS kata ar"Þq'-rv,a]k; memiliki akar kata rv,a] yang mendapat kata depan k (oleh) , kata rv,a]k. merupakan kata penghubung dari arq yang berarti “yang”. Kata arq adalah bentuk perfeck orang ke-3 bergender maskulin tunggal, yang memiliki arti “dia memanggil.” Jadi kata ar"Þq'-rv,a]k memiliki arti “oleh Dia (m) Yang sedang Memanggil”. Dalam Catatan kaki BHS kata  ar"Þq'-rv,a]k di usulkan oleh (peneliti Modern) dengan kata ytIarq bandingkan, terjemahan siria yang disusun menurut keselarasan para saksi-saksi, awalnya dibaca, Teks Alkitab Ibrani dari para ahli penulis Masora. Kata ytIarq bentuk perfect orang-1, maskulin feminim tunggal yang artinya “Saya (m) sedang memanggil.” Jadi jika kita mengikuti apa yang dikemukakan  dalam catatan kaki BHS kita akan mendapat penggalan kalimat sebagai berikut : Seperti mereka  tidak mendengarkan pada waktu Saya (m) Sedang memanggil, demikianlah Aku tidak mendengarkan pada waktu mereka memanggil, firman TUHAN semesta alam. Saya lebih setuju dengan catatan kaki BHS, karena dalam catatan kaki lebih   jelas dari pada BHS karena ada penambahan kata “Saya” (Tuhan)  yang mempunyai sosok.

~W[êd"y>-al{) rv<åa] ‘~yIAGh;-lK' l[;Û a~rEª[]s'aeäw>  WTT Zechariah 7:14
 hD"Þm.x,-#r<a,( WmyfiîY"w: bV'_miW rbEß[ome( ~h,êyrEx]a;( hM'v;än" ‘#r<a'’h'w>
p `hM'(v;l.
Dalam BHS kata ~rEª[]s'aeäw>  yang merupakan akar kata dari r[s merupan kata kerja berstem piel (Bentuk aktif atau kausatif)  kata r[s ini adalah  bentuk orang pertama maskulin tunggal kata ini bersifat imperfect (berarti sudah dilakukan) . Kata ~rEª[]s'aeäw>   ini juga memiliki akhiran orang ke-3 (maskulin) jamak (bagi mereka, atau bagi kita) kata r[s ini juga mendapat imbuhan w> yang adalah kata penghunbung yang artinya “dan”. jadi Kata ~rEª[]s'aeäw>  memiliki arti dan Aku (m)  sedang Menyerang mereka. Dalam catatan kaki BHS kata ~rEª[]s'aeäw di usulkan oleh para peneliti modern menjadi kata ~r[saw" kata ~r[saw" ini juga awalnya di terjemahkan sama oleh para ahli penulis teks Alkitab Massora, sebenarnya tidak ada perbedaan yang kontras antara dua kata yang berbeda yang di dalam kitab BHS dan juga yang diusulkan para peneliti modern dan ahli penulis teks Massora. Letak perbedaannya adalah huruf vokal yang ada seteleh huruf  w didalam kitab BHS huruf vokalnya adalah “:” Sheva sedangkan yang diusulkan  oleh para peneliti adalah “T” Qames.

3.2 STRUKTUR
A         = 1                    = Firman Tuhan Kepada Zakharia
B         = 2-3                 = mengirim
Sarezer untuk menanyakan Puasa
A1       = 4                    = Firman Tuhan kepada Zakharia
B1       = 5-7                = Berpuasalah dengan sungguh-sungguh bukan untuk dirimu sendiri
A         =  9-10             = Tuhan ingin agar melakukan hukumnya dengan benar  dan tidak merancang kejahatan/mengasihi sesama
B         = 11-12a          = Tidak mau mendengar pengajaran dan firman yang disampaikan
            = 12b                = Murka Tuhan
C         = 13-14            = Bangsa Israel dihukum
3.2 KRITIK TERJEMAHAN
LAI
Zakharia 7:13 pada waktu dipanggi, demikianlah Aku tidak mendengarkan
KJVZakharia 7:13 so they cried, and I would not hear,
(Zakharia 7:13 sehingga mereka menangis, dan Aku tidak akan mendengar,)
NASZakharia He called and they would not listen,
(Zakharia 7:13 Dia memanggil dan mereka tidak mau mendengarkan)
BISZakharia 7:13 doa mereka, karena mereka pun tidak mendengarkan ketika Aku berbicara.
            Dalam hal ini penulis melihat setiap terjemahan yang berbeda-beda dalam penafsiran.
Jadi penulis lebih setuju dengan NAS yang menyatakan Tuhan memanggil tapi bangsa tidak mendengarkan, jadi disini adanya penjelasan siapa yang memanggil.


LAIZakharia 7:14 Aku meniupkan mereka seperti angin badai ke antara segala bangsa yang tidak dikenal mereka,
NASZakharia 7:14 I scattered them with a storm wind among all the nations whom they have not known.
(Zakharia 7:14 Aku menceraiberaikan mereka dengan angin badai di antara semua bangsa-bangsa yang tidak mereka kenal.
BISZakharia 7:14 Aku telah menyapu mereka sehingga mereka terpaksa tinggal di negeri-negeri asing.
KJVZakharia 7:14 I scattered them with a whirlwind among all the nations whom they knew not.
(Zakharia 7:14 Aku menceraiberaikan mereka dengan angin puyuh di antara semua bangsa-bangsa yang tidak mereka tahu).
            Dalam hal ini penulis melihat setiap terjemahan yang berbeda-beda dalam penafsiran.
Jadi penulis lebih setuju dengan BIS di bandingkan dengan terjemahan yang lain dikarenakan BIS mendapat kata “Telah” yang berarti sudah dilakukan dan BIS juga lebih mendekati dengan catatan kaki BHS.

3.3 TAFSIRAN
Zakharia 7:1-14
Ayat 1
Pada Tahun yang keempat. Tahun keempat pemerintahan Darius adalah 518 SM. Bangsa itu telah bekerja dengan tekun di Bait suci. Rumah-rumah baru didirikan di Yerusalem, dan bekas-bekas keehancuran dihapuskan.
Ayat 2
Betel adalah kota penting dalam sejarah agama israel ditempat itu, Abraham membangun Mezbah di betel setelah Allah menampakkan diri kepadanya dalam dua kesempatan disana (Kej 28:10-22; 35:1-16). Tabut perjanjian disimpan dibetel selama satu Periode tertentu (Hak 20:27). Debora (Hak 4:5) dan samuel (1 Sam 7:16) melayani sebagai hakim di Betel. Umat dengan benar menyembah Allah di Betel sampai Yerobeam membangun dua patung lembu emas dan mereka mulai menyembah berhala disana (1 Raj. 12:29-33). Betel dihancurkan selama pembuangan, namun sebagian orang Israel yang dibebaskan persia kembali ke sana. Mereka diutus kerumah Tuhan. Kota Betel telah mengutus sebuah delegasi ke Yerusalem untuk dua tujuan: untuk memohon berkat Tuhan, dan untuk menanyakan tentang adanya puasa tertentu bagi seluruh bangsa.
Ayat 3
Bulan Yang Kelima. Pertanyaannya adalah dengan segala tanda kehidupan ekonomi baru secara Nasional, apakah masih perlu untuk berpuasa dan menangis pada bulan kelima, sebagai mana pernah mereka perbuat selama dipembuangan? Berpuasa pada hari kesepuluh dari bulan kelima dilakukan untuk memperingati pembakaran Yerusalem pada tahun 586 SM (bdg. Yer. 52:12-13). Tanggal ini masih tetap menjadi tanggal puasa terbesar bagi bangsa Yahudi. Pertanyaan ini tampaknya menunjukan bahwa berpuasa itu menjemukan dan juga berat.
Ayat 5
Adakah Kamu Sungguh-sungguh berpuasa untuk Aku? Pertanyaan ini mengungkapkan semua kepura-puraan dan kemunafikan mereka baik dalam tata cara maupun upacara yang mereka lakukan. Allah tidak menetapkan puasa ini; puasa ini pun bukan dilaksanakan untuk memuliakan Allah. puasa ini dilakukan untuk memuaskan hati dan jiwa jasmani. Allah sama sekali tidak dipikirkan. Waktu itu juga sekarang, Allah menghendaki kebenaran dari batin. Sang nabi menambahkan puasa dalam bulan ketujuh dalam pertanyaannya. Belakangan dia menambah dua puasa lainnnya (Bnd. 8:19). Semua berhubungan dengan kejatuhan Yerusalem di bawah Nebukadnezar menyerbu Yerusalem (II Raj. 25:1); dalam bulan keempat musuh memasuki kota itu (II Raj. 25:3,4; Yer. 39:2); dalam bulan kelima bait suci dibakar (II Raj. 25:8,9); dan dalam bulan ketujuh Gedalya, bupati berbangsa Yahudi, dibunuh (II Raj. 25:23-25).
Ayat 6
Bukankah kamu makan dan minum untuk dirimu sendiri ? baik waktu mereka mengadakan upacara perjamuan maupun waktu mereka berpuasa, yang nyata adalah sifat egosentris mereka. Waktu melakukan kedua hal itu, mereka merasa diri mereka benar dan puas akan diri sendiri.
Ayat 7
Bukankah ini firman yang telah disampaikan. Mengapa mereka menyusahkan diri dengan puasa sesuatu yang tidak Allah perintahkan, padahal mereka begitu tidak mengindahkan apa yang telah dia minta dari mereka berulang-ulang melalui para nabi masa pra pembuangan? Adalah jauh lebih baik untuk mempersembahkan ketaatan kepada Allah dari pada menimbun puasa sampai tak terkirah jumlahnya. Hati nurani jasmani berusaha memudahkan diri dengan peraturan-peraturan formal, bukannya memperhatikan peringatan dari berbagai hukuman Allah yang timbul karena penyimpangan-penyimpangan dari kehendakNya yang sudah Ia nyatakan. Dosa merupakan alasan mengapa mereka berpuasa. Bila dosa ditinggalkan, puasa tentu tidak lagi diperlukan. Dosa apa yang mereka lakukan hingga mereka berpuasa
Ayat 8
ajaran mereka diberikan untuk meuntuk jelaskan, bahwa suatu agama dalam masa sebelum pembuangan yang tidak perna kekurangan pelaksanaan ritual (bnd. Yes 1:11-16), gagal menunjukkan tanggapan moral yang benar terhadap Tuhan, dan bahwa kegagalan ini telah nyata dalam ketidak pedulian sosial terhadap yang berkekurangan di antara sesama manusia. Jadi perpuasaan dalam dirinya sendiri tidaklah penting dari sudut keagamaan dibandingkan  denga tuntutan Tuhan
Ayat 9
Laksanakanlah hukum yang benar. Nabi-nabi  sebelumnya memiliki kesaksian yang sama yakni melakukan keadilan dalam kehidupan sehari-hari. Allah menyukai pelaksanaan keadilan yang benar. Kemurahan serta belas kasihan diantara saudara menyenangkan hati sang pencipta yang RahmatNya tak terhingga.
Ayat 10
Janda dan anak Yatim, orang asing dan orang miskin. Orang yang kurang beruntung dan yang tak terlindung selalu menjadi perhatian khusus Tuhan; kebaikan apapun yang diberikan kepada mereka sangat menyenangkan hati-Nya. Merancang kejahatan  dalam hatimu terhadap masing-masing. Kemarahan dan kebencian dalam hati terhadap sesama sangat jelas dilarang. Iman dan kesalehan harus berjalan berdampingan. Agama tanpa moralits adalah sia-sia dan merupakan suatu penghinaan; moralitas tanpa agama yang benar atau kesalehan berarti tidak memiliki landasan yang tepat dan bersifat sementara.
Ayat 11
Tetapi Mereka tidak mau menghiraukan. Inilah sebuah kesimpulan mengenai sikap Israel selama berabad-abad terhadap pelayanan para nabi saat mereka memberitakan tentang iman, kesalehan, dan keadilan sosial.
Ayat 12
Membuat hati mereka keras seperti batu amril. Batu amril adalah benda terkeras yang dikenal pada zaman PL (lih. Yer 17:1; Yer 3:8-9). 1. Panggilan Allah oleh Roh-Nya melalui para nabi yang dahulu adalah untuk keadilan, kemurahan, dan belas kasihan, tetapi umat itu dengan keras kepala tidak mau taat. Kemudian ketika hukuman tiba, sudah terlambat untuk bertobat. 2. Yang diminta Allah dari umatNya tidak berubah, karena Dia ingin agar kita menunjukkan kasih dan belas kasihan kepada orang yang mengalami berbagai kebutuhan (Pemeliharaan orang miskin dan melarat). Apabila orang berbalik dan mematuhi kehendak Allah, maka ia makin lama makin makin tidak peka dan makin melawan kebenarannya . batu amril menggambarkan pengerasan hati yang terakhir dan menggambarkan akibat-akibat moral yang dahsyat dari ketidak patuhan.[8]
Ayat 13
Demikianlah Aku tidak mendengarkan pada waktu mereka memanggil. Mereka mengalami semacam pembalasan. Ketika mereka tidak mau mendengar perintah Allah untuk taat, Dia dengan penuh kuasa menolak untuk mendengarkan seruan mereka dalam kesesakan, yang hanya timbul karena kepahitan oleh malapetaka mereka dan bukan karena penyesalan yang sungguh-sungguh.
Ayat 14
ke Antara segala Bangsa. Sampai waktu itu, mereka terserak terutama keasyur dan Babel. Bila teks itu diambil artinya yang penuh dan jelas, maka harus dilihat lebih jauh kepada perserakan bangsa Yahudi keseluruh dunia, akibat dari penolakan mereka terhadap Mesias, pertunjukkan terbesar tentang ketidaktaatan yang bersifat keras kepala mereka terhadap firman Tuhan dan para utusan-Nya. Tidak ada yang lalu lalang. Negeri yang dahulunya menyenangkan hendak ditinggalkan dan tak berpenduduk. Walaupun  musuh menyempurnakan penghancuran ini, Israel dituntut untuk bertanggung jawab, sebab dosanya menjadi penyebab diperolehnya hukuman itu.[9]
Bab IV
PENUTUP
IV. Makna Teologis dan Aplikasi
4.1 Makna Teologis
            Ayat ini menunjukan bahwa Allah adalah pengenapan nubuat-nubuat tentang Mesias. Dimana kitab ini menubuatkan kemenagan Allah atas semua musuh dan pencipta Yerusalem baru, tempat Allah akan memberkati dan memberikan kehidupan baru kepada semua orang yang setia. Dalam ayat ke 3-9 jelas dikatakan bahwa puasa dan pantang tidak menggantikan ketaatan kepada hukum Taurat, keadilan, dan kebaikan. Zakharia mengingatkan ketaatan kepada hukum Taurat, keadilan, dan kebaikan. Zakharia mengigatkan umat, apabila mereka tidak mendengar Allah, mereka akan dihukum.  Zakharia juga berusaha membangkitkan bangsa israel dari sikap acuh tak acuh mereka. Allah menghendaki setiap umat berpuasa dengan sungguh-sungguh dan benar-benar penuh dengan kerinduan.
4.2 Aplikasi
Melalui pembahasan ayat ini, hendaknya kita sebagai umat Tuhan melakukan puasa dengan benar, bukan sebaliknya melakukan puasa hanya sebagai kepura-puraan dan kemunafikan baik dalam tata cara maupun upacara yang dilakukan. Allah tidak menetapkan puasa ini; puasa ini pun bukan dilaksanakan untuk memuliakan Allah. Puasa ini dilakukan untuk memuaskan hati dan keinginan daging semata. Allah menghendaki setiap umat berpuasa dengan sungguh-sungguh dan benar-benar penuh dengan kerinduan. Dengan kata lain, puasa atau ibadah yang benar itu adalah: hidup dalam terang, pemulihan atau kesembuhan, kebenaran, kemuliaan, doa yang didengarkan, tuntunan dan penyertaan Tuhan, hati yang penuh kedamaian, kekuatan dan berkat untuk menjadi berkat untuk menjadi saluran berkat untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain, bukan sebaliknya.
4.3 DAFTAR PUSTAKA
1. M. Boyd. Frank 2006. Kitab Nabi-Nabi Kecil, Gandum Mas: Jakarta
2. Barth.C. 2002. Theologia Perjanjian Lama 4, BPK Gununga Mulia: Jakarta
3. Bakker.F.L. 1996. Sejarah Kerajaan Alkitab, BPK Gunung Muia: Jakarta
4. Preifeir.F 2005. Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 2 Ayub-Maleakhi ,Gandum Mas: Jawa Timur
5. Gutrie Donald 1980. Tafsiran Alkitab Masa Kini 2 Ayub-Maleakhi, BPK Gunung Mulia: Jakarta
6. Sevenster. A 1983. Tafsiran Alkitab Zakharia Dan Hagai, BPK Gunung Mulia: Jakarta










[1] Frank M. Boyd, Kitab Nabi-Nabi Kecil. ( Gandum Mas 2006 ) hlm 148
[2] Dr.C.Barth, Theologia Perjanjian Lama 4. ( Jakarta, BPK Gununga Mulia 2002 ) hlm 115
[3] Ibid. hlm 117
[4] Drs. A. Sevenster, Tafsiran Alkitab Zakharia Dan Hagai. ( Jakarta, BPK Gunung Mulia 1983 ) hlm 9
[5] Dr.F.L. Bakker,; Sejarah Kerajaan Allah. (Jakarta: Gunung Mulia) hlm 716-717
[6] F.Preifeir, Charles dan F.Harrison, Everett. Tafsiran Alkitab Wycliffe (Volume 2 Ayub-Maleakhi). Jawa timur: Gandum mas, 2005, hlm 1187-1188
[7] F.Preifeir, Charles dan F.Harrison, Everett. Tafsiran Alkitab Wycliffe (Volume 2 Ayub-Maleakhi). Jawa timur: Gandum mas, 2005, hlm 147-148
[8] Donald Gutrie, Tafsiran Alkitab Masa Kini 2 Ayub-Maleakhi. Jakarta:BPK, 1980. Hlm 734-735
[9] F. Pfeifeir, Charles dan F. Harrison, Everett. Tafsiran Alkitab Wycliffe (Volume 2 Ayub-Maleakhi).  Jawa timur: Gandum Mas, 2005, hlm. 1204-1207